Sulitnya Mencari Kerja Saat Pandemi, Warga Meranti Riau Merantau Mengadu Nasib ke Batam
Tamat SMA 2018 lalu, kemudian membantu ibunya menjahit, Maria kemudian memutuskan merantau ke Batam, dengan harapan mendapatkan upah yang tinggi.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Selalu ada cerita menarik di balik kerumunan para pencari kerja (pencaker) yang berjuang mengadu nasib, demi mendapatkan pekerjaan di Batam.
Hal ini dialami Maria Lismawati (19) asal Meranti, Riau.
Siang itu, Senin (1/2/2021) Maria terlihat bingung. Ia duduk termenung di kursi kantor Disnaker Batam di Sekupang.
Ia hanya menyandang tas ranselnya berwarna hitam berisikan buku tulis dan pena.
Maria baru saja selesai mengurus kartu kuning alias kartu pencaker di kantor Disnaker Batam itu.
Di antara puluhan warga yang berdatangan ke kantor Disnaker tak ada yang ia kenal. Maria terlihat lebih banyak diam.
"Baru selesai urus kartu kuning pak, mau lamar kerja," ucap Maria singkat.
Gadis asal Meranti ini memang masih terbilang muda. Namun ia harus memberanikan diri merantau, meninggalkan kampung halamannya demi mengadu nasib.
"Ya pak, mau cari kerja di Batamlah. Dikampung tak ada kerjaan, lagian biar bisa mandiri, punya tabungan nanti," ujar Maria.
Memang, Maria tak seperti perantau lainnya yang telah bertahun-tahun bekerja dan menetap di Batam.
Ini menjadi pengalaman pertama baginya sejak tamat dari bangku Sekolah Menengah Atas pada tahun 2018 lalu.
"Sudah lumayan lama juga nganggur, sudah mau 2 tahun. Tapi kemarin pas tamat di kampung halaman bantu orang tua. Saya menjahit bantu ibu," kata Maria.
Bungsu dari 8 bersaudara ini lebih memilih merantau ke Batam lantaran ingin hidup mandiri.
"Pastinya kan, UMK di Batam lumayan tinggi. Dapat kerja, bisa nabung balik lagi nanti lanjutin usaha menjahit di kampung," kata Maria.
Selama di Batam, Maria mengaku telah berkali-kali memasukkan lamaran kerja namun tak kunjung ada panggilan.
"Mungkin sudah ada 15 kali kirim lamaran secara online namun tak dipanggil-panggil. Semogalah cepat dapat kerja, Amin," harap Maria.
Pengurusan Kartu Kuning Meningkat
Permohonan pembuatan kartu kuning alias kartu pencari kerja (pencaker) di kantor Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Batam di Sekupang, Senin (1/2/2021) mengalami peningkatan.
Pantauan Tribunbatam.id, puluhan warga memadati pintu masuk dan loket layanan pembuatan kartu kuning sejak pagi.
Beberapa di antara mereka harus mengantre secara bergantian.
"Hari ini lumayan meningkat bang, dari pagi tadi sudah 67 orang. Biasanya tak sampai segitu," ujar seorang petugas layanan pembuatan kartu kuning, Taufan.
Ia melanjutkan, permintaan kartu pencaker ini didominasi warga pendatang atau perantau.
"Sejak awal tahun memang meningkat, sehari itu bisa 80 sampai 100 orang yang kita layani. Katanya banyak loker yang buka," ucapnya.
Tidak hanya pencaker dari luar, pencaker dari Batam pun sempat mengurus ke kantor Disnaker lantaran kartu AK1 di beberapa kantor kecamatan terbatas.
Loket layanan pembuatan kartu kuning di kantor Disnaker Batam ini dibuka sejak pukul 08:00 wib hingga pukul 15:00 wib.
Kisah Perantau yang Mencoba Bertahan di Batam
Manisnya merantau ke Batam setidaknya pernah dialami Refriyanto.
Pria 32 tahun asal Tanah Minang, Sumatra Barat ini terbilang sukses dengan warung nasi Padang yang ia rintis sejak 2012.
Dari usahanya itu, ia tak hanya mendulang untung.
Jefri biasa ia disapa, bisa membantu keluarganya. Bahkan membantu pesta pernikahan adiknya.
Memasak memang merupakan salah satu hobi pria yang merantau ke Batam sejak 2006 ini.
Cerita orang di kampung halamannya kalau Kota Batam merupakan kota primadona bagi para perantau sempat diamininya.
Hal ini pula yang mendorongnya untuk merantau ke Batam.

Bermodal ijazah SMA, Jefri muda memberanikan diri melamar pekerjaan di salah satu perusahaan galangan kapal.
Usianya baru 18 tahun ketika tiba di Kota Batam.
Ia pun diterima sebagai operator serta bertugas untuk mengecat kapal.
“Saat itu, saat galangan kapal lagi naik. Saya dapat gaji Rp 1,1 juta per bulan. Sudah lebih dari cukup kalau untuk di tahun itu,” kenangnya lagi.
Setelah hampir enam bulan bekerja, Jefri mulai mencari peruntungan baru. Dia mulai belajar untuk berjualan.
Wajar saja, Jefri berkeyakinan, orang Minang harus pandai berdagang.
Jadilah ia membuka kedai nasi Padang hingga terbilang sukses.
Cobaan mulai datang saat pandemi Covid-19 datang ke Kota Batam.
Usahanya dibuat kacau. Sejak September 2020, ia terpaksa menutup usahanya.
Kedai tempatnya berjualan ditarik oleh tuannya.
Sebagai orang yang hanya menumpang, Jefri harus berlapang dada dikarenakan tak mampu lagi membayar uang kontrak kedai.
“Bagaimana, dulu tak terpikir untuk membeli ruko. Karena kami sibuk untuk berjualan dan melayani pelanggan kami saja,” ujarnya dengan raut wajah yang mendadak berubah.
Dia seolah tak ingin mengenang pahitnya kenyataan saat itu.
Walau menyesal, dia tak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan. Baginya, hidup masih panjang.
Misteri hidup dari Tuhan Yang Maha Kuasa pun tak dapat ditebak.

“Sekarang kerja serabutan saja. Bantu keluarga berjualan, pernah jadi kurir dan fotografer lepas. Kalau tak seperti itu, tak makan,” ucapnya sembari melempar senyum.
Dia berharap, pandemi Covid-19 ini segera berlalu agar roda ekonomi masyarakat kembali pulih.
Sebab, dia merasakan betul dampak dari pandemi Covid-19 ini.
“Jatuh bangun selama pandemi ini memang suatu pelajaran. Bagaimana kita harus mampu bertarung dalam kondisi apapun,” kata dia.
Untuk para Perantau di Batam yang senasib dengannya, Jefri berdoa agar kesulitan ini cepat berlalu.
Agar Kota Batam kembali ‘ramah’ bagi para perantau dan warga tempatan.
“Semoga lapangan pekerjaan kembali banyak dibuka. Pelatihan kerja terhadap masyarakat ikut dibuka juga.Modal usaha untuk mendukung sektor usaha kelas menengah diperlukan. Hanya bisa berharap pada pemerintah sebagai pembuat kuasa,” sebutnya.
Kisah Lain Perantau di Batam
Apa yang dialami Refriyanto tak jauh berbeda dengan apa yang dialami Marlius.
Pria 35 tahun ini setidaknya menjadi gambaran potret Perantau di Batam.
Usahanya melamar kerja kemana-mana sejak tiba di Kota Batam tahun 2015 tak kunjung membuahkan hasil.
Berharap merubah nasib, Marlius nekat merantau ke Batam dan tiba di Pelabuhan Domestik Sekupang.
Lebih dari satu tahun ia kesana kemari mencari kerja di Kota Batam yang berjuluk kota industri ini.
Hingga tawaran untuk bekerja sebagai buruh bangunan di Masjid At-Taubah di Kecamatan Batuaji pun ia ambil.
Marlius sama sekali tidak tahu, jika bekerja merenovasi tempat ibadah itu merubah nasibnya.
Setidaknya ia bisa hidup dengan tenang dan damai.
"Lebih dari satu tahun saya mencari kerja di kawasan Industri yang ada di Kota Batam, tapi tidak kunjung dapat. Sampai datang tawaran dari kawan untuk kerja merenovasi masjid.Termasuk beberapa ruang kelas yang ada di kawasan masjid. Kalau tak salah, itu tahun 2016," kenangnya.
Selama proses renovasi itu, ia tinggal di masjid.
Ini terpaksa dilakukannya karena ia tak memiliki tempat tinggal di Kota Batam.
Pikirnya, ia sekaligus menjaga barang material agar tak terjadi hal-hal yang diinginkan.
Hampir satu tahun merenovasi masjid dan ruang kelas, Marlius pun mendapat tawaran dari pengurus masjid.
Selan diperbolehkan tinggal di sana, ia juga diberi amanag untuk menjaga lingkungan sekolah.
Tawaran ini tak disia-siakan begitu saja oleh Marlius.
"Saya ditawarkan gaji Rp 1 juta sebulan. Saya pikir hal itu sangat bagus, kebetulan saya juga tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan," katanya.
Tak terasa, sudah hampir empat tahun ia tinggal di kawasan Masjid At-Taubah di Kecamatan Batuaji itu.
Ia tak perlu takut untuk berteduh dari panas dan hujan.

Selain diberi tempat tinggal, ia juga mendapat makan dari pengurus masjid yang berbaik hati kepadanya.
Meski penghasilan perbulan tak seberapa, ia mengaku sangat bahagia.
Apalagi dengan kondisi batinnya kini.
"Saya sangat senang. Saya juga sangat bahagia karena bekerja di lokasi mesjid ini. Salat saja juga tidak tinggal, jadi rasanya sangat damai," ucapnya.(TribunBatam.id)
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Demi Dapat Gaji Lumayan, Maria Tinggalkan Meranti, Namun Tak Kunjung Dapat Kerja di Batam, dan telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Banyak Loker, Permintaan Kartu Kuning di Batam Meningkat, Warga Padati Kantor Disnaker,dan telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Kisah Perantau di Batam 'Babak Belur' Lawan Pandemi, Usaha Tutup Hingga Kerja Serabutan,