Acungkan Pedang Saat Pemakaman Pasien Covid-19, Ternyata Ini Alasannya
Seorang pemuda, S (20) warga Desa Kajar menolak jenazah ibunya dimakamkan secara protokol Covid-19 yang merupakan pasien Covid-19
Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang pemuda, S (20) warga Desa Kajar menolak jenazah ibunya dimakamkan secara protokol Covid-19 yang merupakan pasien Covid-19, Rabu (10/2) malam.
Ia marah sembari mengancam masyarakat dan aparat dengan senjata tajam.
Suasana duka pun seketika berubah mencekam.
Padahal, berdasar hasil tes swab, ibunya positif Covid-19.
"Sejak di RSUD dr Koesnadi, pemuda itu sudah berteriak-teriak menolak ibunya dimakamkan sesuai protokol Covid-19.
Petugas rumah sakit sudah berupaya meredamnya," kata Kasatreskrim Polres Bondowoso, AKP Agung Ari Bowo kepada Surya.co.id melalui sambungan telepon, Kamis (11/2).
Namun, sesampainya di rumah, ternyata S masih kekeh menolak.
Amarahnya juga justru makin membuncah.
Dengan kalap, ia mengambil sebilah pedang mirip samurai dari dalam rumah.
Pedang itu digunakan untuk mengancam agar pemakaman ibunya bisa dilakukan secara normal.
Sejumlah aparat, yakni TNI, Polri dan Satpol PP, pun diterjunkan ke lokasi untuk melakukan tindakan antisipasi sekaligus berupaya memberikan pengertian kepada S.
Kendati begitu, S tetap tak bisa mengendalikan emosi.
Ia turut mengancam aparat dengan mengacungkan pedang dan membakar mobil polisi.
"Alhasil, pemuda itu kami amankan sebelum mobil jenazah datang agar suasana tidak semakin gaduh.
Karena mengancam masyarakat dan aparat dengan senjata tajam, kami akan memproses perkara ini," jelas Agung.
