Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II, Raja Kerajaan Siak di Riau, Pemuda Pekanbaru Gowes ke Sabang

Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II yang merupakan Raja Kerajaan Siak di Riau , seorang Pemuda Pekanbaru Gowes menuju titik nol kilometer Sabang

Penulis: Fernando | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Fernando Sikumbang
Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II, Raja Kerajaan Siak di Riau, Pemuda Pekanbaru Gowes ke Sabang. Foto: Habibie 

"Sultan tidak pernah meminta keistimewaan, Sultan Syarif Kasim II tidak menuntut jabatan apapun," jelas pria kelahiran Duri, Kabupaten Bengkalis.

Wilayah Riau saat ini dulunya merupakan bekas wilayah Kerajaan Siak di Riau .

Kawasan ini juga kaya hasil alam, hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil laut yang sepenuhnya kini menjadi milik Indonesia.

Sultan juga sempat bergerilya di kawasan Pesisir Timur setelah tidak lagi menjadi Raja Kerajaan Siak di Riau .

Ia bergabung dengan pasukan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang menjadi satu cikal bakal TNI untuk mempertahankan Pesisir Timur Sumatera.

Sejarah ini juga jadi alasan bagi Habibie menempuh rute bersepeda di kawasan Lintas Timur Sumater.

Ada beberapa tempat yang pernah menyimpan sejarah perjuangan Sultan Syarif Kasim II.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai Staf Humas dan Marketing di Universitas Abdurrab Pekanbaru memulai kisah sejarah dari Bagan Siapi-api yang merupakan kota pelabuhan tempat sultan menaiki kapal milik Tionghoa Bagan yang hendak menuju Tanjung Balai Asahan.

Lalu dari Tanjung Balai Asahan Sultan Syarif Kasim II menyusuri Hutan Sumatera yang lebat pada masa itu untuk menuju Pematang Siantar.

Pematang Siantar waktu itu merupakan tempat kediaman Gubernur Militer Sumatera, Teuku Mhd hasan.

Sultan juga aktif di Perbaungan dan Medan untuk melobi Sultan Serdang dan Sultan Deli agar bergabung dengan NKRI.

Sultan kemudian pernah tinggal di Sigli dan aktif bersiaran radio RRI dari hutan di Sigli untuk menghimbau rakyat tetap percaya dengan Republik Indonesia ketika Belanda melancarkan agresi militer.

Sultan tinggal selama hampir dua tahun di Banda Aceh setelah diselamatkan oleh Divisi Rencong dari upaya penculikan milisi liar yang mengetahui keberadaan sultan.

Apalagi saat itu sultan membawa banyak emas dan permata untuk keperluan perjuangan.

Habibie mengaku petualangan bersepeda bakal berlanjut ke belahan Indonesia lainnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved