Kisah Rusman,Pria Soppeng Keliling Indonesia Kendarai Vespa Tua,Begini Cara Dapat Duit Sambung Hidup
Kisah Rusman Ibrahim, pria Soppeng keliling Indonesia kendarai vespa tua. Begini cara dapat uang sambung hidup
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nurul Qomariah
“Saya diberikan tumpangan di rumah Pak Amir, di Siak ini. Saya melihat kota ini damai, membuat saya betah berlama-lama tinggal disini,” kata Rusman kepada Tribunpekanbaru.com sambil memberskan barang dagangannya.
Rusman sebenarnya penggemar vespa tua secara tunggal. Ia tidak tergabung ke dalamstruktural komunitas vespa manapun, namun diterima oleh setiap komunitas vespa yang ditemuinya pada setiap daerah yang disinggahinya.
Ia bercerita. Pada 2007 lalu, ia mulai menggilai vespa satu-satunya yang ia miliki, yakni Vespa Piagio 1996.
Kala itu, Rusman touring sendirian menuju Manado, Lombok, Bali dan menjelajahi Pulau Jawa hingga ke Jakarta.
Setelah bertahun menjelajah dengan modal pergaulan itu, akhirnya Rusman kembali ke kampungnya, yakni Soppeng, sebuah Kabupaten di Sulawesi Selatan yang berjarak 180 Km dari Kota Makassar.
“Saya melihat banyak sekali anak-anak vespa dari Jawa membawa barang dagangan berupa baju, pernak-pernik dan perlengkapan berkendara setiap mereka touring," ujarnya.
"Ini menginspirasi saya sehingga saya modif vespa saya gaya tank militer, agar bisa membawa barang dagangan pula,” kata dia.
Setelah berhasil memodifikasi vespanya, Rusman membawa kaos dan sejumlah aksesoris menuju Papua.
Ia berkelana dari satu kota ke kota lainnya di seluruh Papua, hingga sampai ke ujung Indonesia yakni Maraoke.
“Tiga tahun di sana berkeliling dengan banyak selali pengalaman. Pada 2017 -2018 saya berhenti turing dan membuka warung kopi di kampung,” kata dia.
Pada Januari 2019, ia kembali memulai perjalanan sambil berdagang baju kaos dan aksesoris.
Kalimantan Timur yang dituju, hingga berpindah -pindah menjelajahi ceruk-ceruk negeri di pulau terbesar di Indonesia tersebut.
Setahun di sana ia akan melanjutkan perjalanan menuju tanah Sumatera, namun di awal 2020 ia kesulitan mendapat kapal untuk menyeberang.
“Karena waktu itu mulai Covid-19 banyak pelabuhan yang tidak memberikan pelayanan untuk kapal penumpang, sehingga saya bertahan di Kalimantan sampai November 2020,” kata pria yang biasa dipanggil Ayah itu.
Pada November 2020 itu ia mendapatkan tumpangan menyebrang ke Natuna, Kepulauan Riau.