Kim Jong Un Bingung, Korea Utara Dilanda Krisis Pangan, Persediaan Pangan Cukup untuk 2 Bulan
Kim Jong Un tengah pusing tujuh keliling, rakyatnya kini sedang dalam kondisi kelaparan, Korea Utara Krisis Pangan.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kim Jong Un tengah pusing tujuh keliling, rakyatnya kini sedang dalam kondisi kelaparan, Korea Utara Krisis Pangan.
Korea Utara hanya memiliki sisa persediaan makanan selama dua bulan.
Pemimpin mereka, Kim Jong Un memperingatkan situasi menjadi tegang.
Kim Jong Un membahas krisis yang berkembang di sektor pertanian negara pada hari Selasa, yang telah menyebabkan harga makanan pokok meroket.
harga barang kebutuhan sehari-hari untuk warga telah meningkat.
Dilansir dari Dailystar, Minggu (20/6/2021), sebungkus kopi seharga £50 dan teh celup £70 di ibu kota Pyongyang, karena kekurangan pasokan.
Korea Utara menutup perbatasannya selama gelombang pertama Covid-19, dan badai telah merusak industri produk negara itu.

Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa situasi tersebut bisa menjadi pengulangan kelaparan tahun 1990-an, di mana tiga juta warga Korea Utara meninggal, menurut perkiraan.
Barang-barang impor, termasuk gula, minyak, dan tepung mengalami kelangkaan sementara kebutuhan pokok seperti beras dan bahan bakar tetap kuat.
Namun, Kim mengakui ekonomi yang dikelola negara tidak dapat memberi makan warganya karena Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan Korea Utara hanya memiliki persediaan tersisa dua bulan.
Kim Jong Un menolak untuk merinci sejauh mana krisis yang sedang mereka alami.
Ia hanya memperingatkan warga untuk mempersiapkan 'Pawai yang Sulit', sebuah istilah yang diberikan untuk kelaparan tahun 1990-an silam.
“Saya memutuskan untuk meminta organisasi WPK (Partai Buruh Korea) di semua tingkatan, termasuk Komite Pusat dan sekretaris sel dari seluruh partai, untuk melakukan 'pawai sulit' yang lebih sulit untuk membebaskan rakyat kami. kesulitan,” ujarnya.
Pembatasan impor barang akibat dampak virus corona membuat negara berada di ujung tanduk.
Ada seruan yang berkembang untuk de-eskalasi setelah semenanjung Korea menghadapi 'ketegangan baru' kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.