Agensi Asing Rekrut Influencer Untuk Jadi Buzzer Bayaran, Misinya Sebar Hoax Soal Vaksin Covid-19
Para influencer yang berminat bakal dibayar hingga puluhan juta. Influencer yang menjadi buzzer bertugas menyebarkan hoax soal Covid-19.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Agensi asing di sektor pemasaran merekrut para influencer untuk menjadi buzzer bayaran.
Para influencer yang berminat bakal dibayar hingga puluhan juta.
Influencer yang menjadi buzzer bertugas menyebarkan hoax soal Covid-19.
Namun, perekrutan itu gagal setelah ada influencer yang membocorkan perekrutan tersebut.
"Ini dimulai dengan email," kata Mirko Drotshmann, seorang YouTuber dan jurnalis Jerman, seperti yang dilansir dari BBC pada Minggu (25/7/2021).
Mirko biasanya menolak tawaran dari brand yang memintanya untuk mengiklankan produk mereka untuk lebih dari 1,5 juta subscriber.
Namun pada Mei, ia mendapatkan tawaran berbeda dari yang lain.
Seorang influencer agensi pemasaran yang bernama Fazze menawarinya bayaran untuk membocorkan informasi yang salah bahwa ada tingkat kematian di antara orang-orang yang telah suntik vaksin Pfizer lebih tinggi 3 kali lipat dari AstraZeneca.
Mirko diminta untuk menyebarkan disinformasi untuk merusak kepercayaan publik terhadap vaksin Covid-19 di tengah pandemi.
"Saya kaget," kata influencer itu, "lalu saya pensaran, ada apa di balik semua itu?"
Di Perancis, YouTuber sains Leo Grasset menerima tawaran serupa.
Agensi menawarinya 2.000 euro (Rp 34,3 juta), jika dia mau terlibat.
Fazze mengatakan pihaknya bertindak untuk klien dirahasiakan.
"Itu sangat gila," kata Leo. Leo dan Mirko sama-sama terkejut dengan klaim palsu tersebut.
Mereka berpura-pura tertarik untuk mencoba mencari tahu lebih banyak dan diberi petunjuk terperinci tentang apa yang harus mereka katakan dalam video mereka.
Dalam bahasa Inggris yang kaku, brief itu menginstruksikan mereka untuk "Bersikaplah seolah-olah Anda memiliki hasrat dan minat dalam topik ini."
Instruksi itu memberitahu mereka untuk tidak menyebutkan bahwa video itu memiliki sponsor, dan sebaliknya berpura-pura mereka secara spontan memberikan saran karena mengkhawatirkan pemirsa mereka.
Platform meda sosial memiliki aturan yang melarang untuk tidak mengungkapkan bahwa konten disponsori.
Di Perancis dan Jerman itu ilegal. Laporan singkat Fazze memberitahu influencer untuk berbagi cerita di surat kabar Perancis Le Monde tentang kebocoran data dari European Medicines Agency.
Ceritanya asli, tetapi tidak mencakup apa pun tentang kematian akibat vaksin Covid-19.
Namun dalam konteks ini, informasi itu dibelokkan untuk mengesankan bahwa statistik tingkat kematian akibat vaksin itu berasal dari kebocoran data dari European Medicines Agency.
Data yang diminta untuk dibagikan oleh para influencer sebenarnya telah dikumpulkan dari berbagai sumber dan diambil di luar konteks.
Data tersebut mempresentasikan jumlah orang yang telah meninggal di beberapa negara beberapa waktu setelah menerima vaksin Covid-19 yang berbeda-beda.
Namun, hanya karena seseorang meninggal setelah mendapatkan vaksin tidak berarti mereka meninggal karena vaksin.
Mereka bisa saja tewas dalam kecelakaan mobil dan lainnya.
Di berbagai negara asal statistik, jumlah orang yang menerima vaksin Pfizer lebih banyak, sehingga diharapkan lebih banyak orang yang meninggal setelah mendapat suntikan Pfizer.
"Jika Anda tidak memiliki pelatihan ilmiah, Anda bisa mengatakan, 'oh, ada angka-angka ini, mereka benar-benar berbeda. Jadi pasti ada tautannya.' Tetapi, Anda dapat membuat korelasi palsu apa pun yang Anda inginkan," kata Leo.
Influencer juga diberikan daftar tautan untuk dibagikan, artikel meragukan yang semuanya menggunakan kumpulan angka yang sama yang diduga menunjukkan bahwa vaksin Pfizer berbahaya.
Ketika Leo dan Mirko mengekspos kampanye Fazze di Twitter, semua artikel, kecuali cerita Le Monde, menghilang dari web.
Sejak Léo dan Mirko angkat suara, setidaknya 4 influencer lain di Perancis dan Jerman telah ikut mengungkapkan ke publik bahwa mereka juga menolak upaya Fazze untuk merekrut mereka.
Sementara itu, jurnalis Jerman, Daniel Laufer, telah mengidentifikasi dua influencer yang mungkin telah menerima tawaran Fazze.
Diduga mereka adalah YouTuber India Ashkar Techy yang biasanya membuat video lelucon tentang mobil, dan tukang prank dari Brasil Everson Zoio yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut Instagram.
Masing-masing dari mereka mengunggah video yang tidak seperti biasanya, di mana mereka mendorong pesan yang sama dengan kampanye Fazze, dan membagikan tautan berita palsu dari brief agensi itu.
Keduanya juga pernah mengikuti promosi Fazze sebelumnya.
Setelah Daniel Laufer menghubungi mereka, Everson Zoio dan Ashkar Techy menghapus video mereka, tetapi tidak menjawab pertanyaannya.
BBC mencoba menghubungi kedua influencer, tetapi mereka tidak merespons juga.
Kami mencoba mengirim email kepada orang-orang yang mendekati Mirko dan Leo.
Email dipantulkan kembali, bukan dari Fazze, tetapi dari domain perusahaan bernama AdNow.
Fazze adalah bagian dari AdNow, yang merupakan perusahaan pemasaran digital, terdaftar di Rusia dan Inggris.
BBC telah melakukan beberapa upaya untuk menghubungi AdNow melalui telepon, email, dan bahkan surat yang dikirim ke kantor pusat mereka di Moskwa, tetapi mereka tidak merespons.
Disebutkan, akhirnya BBC berhasil menghubungi Ewan Tolladay, salah satu dari 2 direktur AdNow cabang Inggris yang tinggal di Durham.
Tolladay mengatakan dia tidak ada hubungannya dengan Fazze, yang katanya adalah usaha patungan antara seorang pria Rusia bernama Stanislav Fesenko dan orang lain yang identitasnya tidak dia ketahui.
Dia mengatakan bahwa dia tidak menjadi bagian dari kampanye disinformasi.
Dia mengatakan dia bahkan tidak tahu Fazze telah mengambil kontrak sebelum cerita itu mencuat.
Dia tidak bisa menjelaskan kepada publik siapa klien misterius itu.
Dia mengatakan bahwa sehubungan dengan skandal itu "kami melakukan hal yang bertanggung jawab dan menutup AdNow di Inggris".
Dia mengatakan Fazze juga ditutup. Setelah itu, BBC mencoba mengontak Fesenko untuk dimintai tanggapannya, tetapi tidak berhasil.
Baik otoritas Perancis dan Jerman telah meluncurkan penyelidikan terhadap Fazze yang mendekati para influencer untuk menyebarkan berita bohong.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/influencer-positif-corona-akibat-menjilati-toilet.jpg)