Bukan Taliban, AS Kini Takut dengan ISIS-K di Afganistan, Joe Biden Sebut Mereka Nyata
Kelompok ISIS-K kini mulai disebut-sebut berada di Afganistan. Cabang dari ISIS ini bikin nama Taliban hilang
TRIBUNPEKANBARU.COM- Amerika Serikat berpacu dengan waktu untuk melakukan evakuasi warga di bandara Afganistan.
Sebab ada kelompok ISIS-K yang kini menjadi ketakutan. Kelompok teroris yang disebut cabang dari ISIS yang sudah ada.
Kelompok ini yang dikatakan kerap menggangu di bandara dan proses evakuasi warga.
Kelompok ISIS-K ini dikatakan muncul pertamakali di Suriah dan Irak.
Kini mereka dikatakan berada di Afganistan. Sementara di Afganistan sekarang ini dikuasai oleh Taliban.
Baca juga: Muncul Kelompok ISIS-K di Afganistan, Cabang ISIS yang Membuat Takut Joe Biden, Apa Hubungan Taliban
Nah, apakah ISIS-K ini bergabung dengan Taliban atau mereka muncul secara independen.
Sebab kelompok ISIS-K ini merupakan bagian dari ISIS yang sudah ada lama.
Sejarah kejahatan ISIS sudah banyak sekali terekam dan meninggalkan jejak kepiluan yang mendalam.
Jika ISIS-K bergabung dengan Taliban, apa misi mereka.
Pastinya kini Joe Biden dibikin khawatir dengan keberadaan ISIS K
Seperti dikutip dari kompas.com, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan ada "sejumlah perubahan" di Kabul untuk memudahkan kemampuan AS dan sekutu Afghanistan melarikan diri dari negara itu, di tengah ancaman yang muncul.
"Kami telah membuat sejumlah perubahan, termasuk memperluas akses di sekitar bandara dan zona aman," kata Biden, berbicara dari Gedung Putih pada Minggu (22/8/2021) melansir CNN.
Baca juga: Kepalanya Dihargai Rp 72 Miliar, Pentolan Taliban Ini Malah Nekat Muncul, Jadi Imam Shalat Pula
Presiden ke-46 AS itu mengatakan tidak "ingin masuk ke detailnya, hanya mengungkap bahwa "semakin banyak orang yang perlu keluar."
Komentarnya muncul setelah penasihat keamanan nasional Jake Sullivan mengatakan pada hari sebelumnya bahwa ancaman ISIS terhadap massa besar AS dan Afghanistan di bandara Kabul yang mencoba mengevakuasi Afghanistan adalah "nyata".
Sullivan juga menambahkan bahwa AS menempatkan "prioritas utama" untuk mencegah serangan teroris.
