Sikap Setia Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu, Kerangka Sepasang Kekasih Ini Buktinya
kuburan sepasang kekasih di China itu unik, para arkeolog memutuskan untuk tak menggali sisa-sisa kerangka sepenuhnya.
Penulis: | Editor: Firmauli Sihaloho
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sikap setia dalam menjalin hubungan sudah dilakukan manusia sejak ribuan tahun lalu.
Hal itu dibuktikan dengan penemuan sisa-sisa kerangka sepasang kekasih.
Kerangka itu diyakini berusia 1500 tahun dan ditemukan di China utara.
Sikap setia itu ditunjukkan melalui posisi kerangka tersebut.
Dimana, pasangan kekasih itu ditemukan dalam satu liang dengan posisi berpelukan.
Selain itu juga, dalam analisisnya peneliti memperkirakan kalau pasangan perempuan mengorbankan dirinya agak bisa dimakamkan bersama kekasihnya.
"Ini adalah pasangan pertama yang ditemukan dalam kondisi berpelukan seperti ini di China," ungkap Qian Wang, peneliti studi dan profesor di Departemen Ilmu Biomedis di Texas A&M College of Dentistry.
Baca juga: MENGENAL Istilah 996, Sistem Kerja Keras Bagai Kuda yang Dikutuk Pengadilan China
Baca juga: Inilah Klasemen Liga Inggris Usai Man City Hancurkan Arsenal, Conte Siap-siap Gantikan Mikel Arteta
Mengutip Live Science, Sabtu (28/8/2021) arkeolog menemukan kerangka pasangan kekasih tersebut pada Juni 2020 dalam sebuah eskavasi kuburan di Provinsi Shanxi.
Pemakaman itu berisi sekitar 600 kuburan Xianbei, kelompok nomaden kuno di China Utara yang berasimilasi dengan budaya China Han.
Berhubung kuburan sepasang kekasih di China itu unik, para arkeolog memutuskan untuk tak menggali sisa-sisa kerangka sepenuhnya.
Sebagai gantinya, tim membiarkan mereka tetap berpelukan sehingga keduanya bisa tampilkan bersama di museum di masa depan.
Dari analisis, peneliti menemukan jika pasangan laki-laki memiliki tinggi sekitar 161,5 cm dan mengalami beberapa luka.
Baca juga: Ditinggal Cristiano Ronaldo, Beginilah Formasi Juventus vs Empoli, Allegri Siapkan Tandem Maut Ini
Baca juga: KETIKA Ronaldo kembali ke Manchester United, 4 Pemain Ini Dipastikan Khawatir & Ketakutan
Termasuk di antaranya adalah patah lengan, bagian jari hilang di tangan kanannya serta bagian tulang di kaki kanannya. Perkiraan laki-laki meninggal antara usia 29 dan 35 tahun.
Sedangkan, pasangan perempuannya justru cukup sehat ketika ia meninggal. Tingginya sekitar 157,1 cm dan hanya memiliki beberapa masalah gigi seperti gigi berlubang. Ia kemungkinan meninggal antara usia 35 dan 40 tahun.
Saat kuburan sepasang kekasih di China ini ditemukan, peneliti juga menemukan jika pada kerangka tangan perempuan tersebut tampak mengenakan cincin di jari manisnya.
Para peneliti menduga, kemungkinan hal itu karena pengaruh kebiasaan dari wilayah barat dan sekitarnya melalui Jalur Sutra, serta asimilasi orang-orang Xianbei. Hal tersebut mencerminkan integrasi budaya China dan Barat.
Siapa pun yang menguburkan pasangan itu juga melakukannya dengan hati-hati. Tubuh laki-laki itu melengkung ke arah perempuan.
Lengan kirinya terletak di bawah tubuhnya dan lengan kanan memeluknya dengan tangan bertumpu dipinggangnya. Lalu tubuh perempuan dalam posisi dipeluk. Kepalanya menghadap sedikit ke bawah yang berarti wajahnya akan bersandar ke tubuh laki-laki.
Kemungkinan adegan itu merupakan cerminan dedikasi pasangan satu sama lain selama mereka hidup.
"Pesannya jelas, pasangan kekasih yang saling berpelukan demi cinta abadi hingga akhirat," tulis peneliti dalam studi.
Lebih lanjut, tim peneliti memiliki beberapa ide tentang bagaimana pasangan itu bisa berakhir di kuburan yang sama.
Menurut peneliti tak mungkin kekasih meninggal pada saat yang sama karena kekerasaan, penyakit, atau keracunan, karena belum ada bukti dari hal ini.
Sang laki-laki bisa saja meninggal terlebih dahulu dan perempuan mengorbankan dirinya agar mereka bisa dimakamkan bersama.
Akan tetapi asumsi lainya, perempuan itu meninggal lebih dahulu dan pria mengorbankan dirinya sendiri.
Hanya saja kemungkinannya kecil karena perempuan tampaknya memiliki kesehatan yang lebih baik dari pasangannya.
Meski kuburan pasangan ini masih menjadi misteri namun itu menjadi sebuah pertunjukan unik dari emosi manusia dan menawarkan pandangan mengenai cinta, kehidupan, kematian, dan kehidupan setelah kematian.
Studi dipublikasikan secara daring di International Journal of Osteoarchaeology.
