Katanya Melindungi, Taliban Malah bikin Wanita Afganistan Diburu Mantan Tahanan, Ini Penyebabnya
Puluhan mantan tahanan memburu wanita Afganistan. Ternyata mereka sakit hati. Omongan Taliban malah blunder yang mengaku melindungi
TRIBUNPEKANBARU.COM- Katanya akan lindungi ahk perempuan dan juga warga, Taliban justru membuat kekecauan baru.
Taliban telah membebaskan sebagian besar tahanan ketika mereka berhasil mengambil pemerintahan di Afganistan.
Hal itu yang mebuat Taliban justru membuat kekacauan baru. Sebab para tahanan malah melakukan aksi balasa dendam.
Mereka mencari, memburu hakim yang pada umumnya wanita yang telah memenjarakan mereka lewat vonis yang dijatuhakn.
Sebagian hakim berhasil melarikan diri ke luar dari Afganistan.
Baca juga: Bantah Klaim Taliban Menang Di Lembah Panjshir, NRF: Taliban Terjebak Dan Kehabisan Amunisi
Baca juga: Taliban Masih Mati-matian Rebut Panjshir Dari NRF, Suara Ledakan Roket Terdengar Hingga Ke Parwan
Sedangkan sebagian lainnya masih terjebak dan tengah berusaha ke luar.
Para tahanan tersebut mencari hakim wanita sampai ke rumah. Mencari dengan mempertanyakan keberadaan hakim yang sudah menjatuhkan vonis penjara.
Begitu mengerikan ketika para tahanan tersebut terus mencari dan berusaha mendapatkan para hakim wanita.
Berikut ini kesaksian para hakim yang diburu oleh tahanan yang dibebaskan oleh Taliban.
Aman di Eropa setelah melarikan diri dari Kabul, seorang hakim wanita Afghanistan menggambarkan bagaimana dia diburu oleh pria yang pernah dia penjarakan tapi dibebaskan oleh milisi Taliban, ketika mengambil alih negara itu.
"Empat atau lima anggota Taliban datang dan bertanya kepada orang-orang di rumah saya: 'Di mana hakim wanita ini?' Itu adalah orang-orang yang saya masukkan ke penjara," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara dari lokasi yang dirahasiakan, meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Afghanistan memiliki sekitar 250 hakim wanita. Beberapa berhasil melarikan diri dalam beberapa pekan terakhir, tetapi sebagian besar tertinggal dan masih berusaha keluar dari Afghanistan, kata rekan dan aktivis internasional yang telah membentuk jaringan dan bekerja sepanjang waktu untuk membantu mereka melarikan diri.
Militan, yang meraih kekuasaan bulan lalu ketika Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya, melarang perempuan dari sebagian besar pekerjaan seperti saat terakhir mereka memerintah negara itu 20 tahun lalu.
Pada konferensi pers tak lama setelah mereka merebut Kabul pada 15 Agustus, seorang juru bicara Taliban mengatakan hak-hak perempuan akan dilindungi sesuai dengan hukum Islam.
Baca juga: Taliban Angkat Bicara Soal Penderitaan Minoritas Muslim Di India, Negri Bollywood Ketakutan
Mereka juga akan diizinkan untuk bekerja di sektor-sektor penting masyarakat, katanya.
Kekuatan Barat mengatakan mereka siap untuk terlibat dengan Taliban, tetapi ingin melihat tindakan - bukan hanya janji - untuk melindungi hak asasi manusia (HAM) di Afghanistan.
Perempuan yang bekerja di bidang hukum telah menjadi target tingkat tinggi sebelumnya. Dua wanita hakim Mahkamah Agung ditembak mati oleh pria bersenjata tak dikenal pada Januari.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan pada saat itu bahwa kelompoknya tidak terlibat.
Sekarang, Taliban membebaskan tahanan di seluruh negeri, yang "benar-benar membahayakan nyawa hakim perempuan," kata hakim Afghanistan itu melansir Reuters pada Jumat (3/9/2021).
Dia telah menghubungi rekan-rekannya di Afghanistan: "Pesan mereka adalah ketakutan dan teror total. Mereka memberitahu saya jika mereka tidak diselamatkan, hidup mereka dalam bahaya langsung."
Hakim wanita yang menjadi narasumber Reuters ini melarikan diri dengan bantuan sekelompok sukarelawan HAM dan rekan asing di International Association of Women Judges (IAWJ).
“Selain hakim, ada sekitar seribu perempuan pembela HAM yang juga bisa menjadi sasaran Taliban,” kata Horia Mosadiq, seorang aktivis HAM Afghanistan.
Tahanan yang dibebaskan "menelepon dengan ancaman pembunuhan kepada hakim wanita, jaksa wanita dan polisi wanita. Mereka mengatakan 'kami akan mengejar Anda'," katanya.
Baca juga: Wanita Malam Di Afghanistan Takut Open BO Pasca Taliban Awasi Aktifitas Prostitusi di Medsos
Menteri Kehakiman Inggris Robert Buckland mengatakan pekan lalu, London telah mengevakuasi sembilan hakim wanita dan bekerja untuk memberikan jalan yang aman bagi lebih banyak "orang-orang yang sangat rentan".
"Banyak dari hakim ini bertanggung jawab untuk menjalankan aturan hukum dan memang benar mereka takut akan konsekuensi yang sekarang dapat mereka hadapi dengan munculnya Taliban," katanya.
Beberapa aktivis HAM dan hukum yang terlibat dalam upaya untuk menyelamatkan hakim perempuan Afghanistan dan pembela HAM menyatakan negara-negara Barat tidak membuat evakuasi mereka cukup menjadi prioritas dalam kekacauan setelah Kabul jatuh.
"Pemerintah (asing) sama sekali tidak tertarik mengevakuasi orang-orang yang bukan warga negaranya sendiri," kata Sarah Kay, pengacara HAM yang berbasis di Belfast dan anggota jaringan pengacara internasional Atlas Women.
Dia bekerja dengan sekelompok veteran sukarelawan online yang dikenal sebagai "Dunkirk digital", dinamai sesuai nama evakuasi pasukan Inggris dari Perang Dunia II dari Perancis yang diduduki Nazi.
Operasi Dunkirk digital ini telah membantu ratusan orang melarikan diri dengan bantuan grup chat dan kontak pribadi.
Baca juga: Taliban Mesra Dengan China dan Rusia, Ogah Berkongsi dengan Amerika Serikat
Di IAWJ, tim yang terdiri dari enam hakim asing juga mengoordinasikan informasi, melobi pemerintah, dan mengatur evakuasi.
"Tanggung jawab yang kami pikul hampir tak tertahankan saat ini karena kami adalah salah satu dari sedikit orang yang bertanggung jawab atas kelompok ini," ujar salah satu pemimpin upaya tersebut, Patricia Whalen, seorang hakim Amerika yang membantu melatih hakim perempuan Afghanistan dalam 10 tahun, kepada Reuters.
"Saya sangat marah tentang itu. Tak satu pun dari kita harus berada dalam posisi ini."
(Tribunpekanbaru.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/burqa-pakaian-wanita-afganistan.jpg)