Breaking News
BREAKING NEWS: Ratri Tunjukan Rekeningnya Terisi Rp 13,5 Miliar Dari Hadiah Paralympic Tokyo
Saldo rekening Leani Ratri Oktila langsung berisi Rp. 13,5 miliar. Ini adalah catatan transaksi pertama pada buku rekening Ratri.
TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Saldo rekening Leani Ratri Oktila langsung berisi Rp. 13,5 miliar. Ini adalah catatan transaksi pertama pada buku rekening Ratri.
Buku rekening BRI berisi belasan miliar itu diterima Ratri, Jumat (17/9/2021).
Ini adalah bonus medali yang diraih Ratri pada Paralimpiade Tokyo 2021.
"Baru diterima di istana tadi pagi," ungkap Ratri menjawab Tribunpekanbaru.com saat ditanya bonus yang diberikan Presiden Joko Widodo.
Atlet Parabadminton kelahiran Desa Siabu, Kecamatan Salo Kabupaten Kampar ini meraih dua Medali Emas dan satu medali perak di ajang olahraga bagi kaum difabel level tertinggi dunia itu.
Bonus yang diberikan Rp. 5,5 miliar untuk satu Medali Emas.
Dari Medali Emas, Ratri menerima bonus Rp 11 miliar.
Ditambah Rp. 2,5 miliar bonus untuk satu medali perak. Sehingga totalnya Rp. 13,5 miliar.
"Luar biasa Pak Presiden. Terima kasih Pak Presiden," kata Ratri.

Baca juga: Bupati Kampar Video Call dengan Leani Ratri Oktila, Ayah Minta Dibangunkan Lapangan Badminton
Baca juga: Dihubungi Gubernur Riau Lewat Video Call, Ini yang Dikatakan Leani Ratri
Sosok Leani Ratri Oktila
Leani yang pernah mengalami kecelakaan pada usia muda, menunjukkan semangat pantang menyerah hingga kini menorehkan prestasi gemilang pada cabang olahraga (cabor) parabadminton.
Leani Ratri Oktila lahir di Siabu, Kampar, Provinsi Riau 6 Mei 1991.
Dilansir dari NPC Indonesia, lahir dari keluarga sederhana, anak kedua dari sepuluh bersaudara ini mengenal olahraga badminton sejak usia 7 tahun dari orang tuanya, sekaligus menjadi pelatih pertamanya.
Dari didikan ayahnya inilah Ratri tumbuh sebagai sosok yang ulet, tangguh, berkemauan keras, dan pantang menyerah.
Di usia 9 tahun Ratri sudah mewakili provinsi Riau di event nasional.
Di tahun 2011 Ratri mengalami kecelakaan yang menyebabkan kaki kiri dan tangannya patah.
Ratri mendapatkan gangguan fisik permanen yang dikenal dengan istilah "leg length differrence".
Beruntung Ratri dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang selalu memberi support dan semangat untuk bangkit.
Meski sadar fisiknya tidak seperti sebelumnya, Ratri tak patah semangat, tak lama kemudian mulai berlatih dan merajut kembali mimpi besarnya di badminton dengan mengikuti kejuaraan untuk penyadang disabilitas Peparnas 2012 di Riau dan langsung mendapatkan 1 medali emas 1 medali perak.
Di tahun 2013 mulai bergabung pelatnas NPC Indonesia, disinilah semangatnya seakan semakin terlecut melihat atlet difabel lain yang gigih penuh semangat melawan katerbatasannya, dan berjuang melalui olahraga.
“Lakukan dengan sepenuh hati, maka kamu akan dapatkan sepenuhnya” adalah pesan dari ayahanda yang senantiasa Ratri pegang teguh sebagai prinsip hidupnya.
Hal ini terlihat dari bagaimana dia berlatih, dia rela datang latihan lebih awal dan menambah porsi latihan.
Kerja keras dan komitmen ini yang mengantarkan kesuksesan kepadanya.
Sudah banyak medali diraihnya di banyak turnamen internasional. Gelar BWF Female Para Badminton Player of the Year disandangnya tahun 2018 dan 2019.
Saat ini Ratri juga tercatat BWF sebagai pemain dengan ranking teratas di kelas Women’s Single SL4, dan Mixed Double SL3-SU5.
Sedangkan pada Women’s Double SL3-SU5 Ratri menduduki peringkat kedua dunia.
(Tribunpekanbaru.com / Fernando Sihombing)