Akui Bunuh 7 Anak-anak Menggunakan Drone Tempur, Jendral Pentagon: Saya Minta Maaf
Jenderal McKenzie menambahkan, sebagai komandan lapangan dia bertanggung jawab atas serangan drone yang juga membunuh tujuh anak.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Pentagon akhirnya mengakui, jika serangan rudal yang menewaskan 7 anak-anak dan 3 orang dewasa di Kabul, ibu kota Afghanistan merupakan ulah militernya.
Rudal tersebut diluncurkan dari drone tempur milik militer Amerika Serikat.
Total 10 warga sipil yang tewas akibat serangan drone tersebut.
Awalnya mereka bersikeras jika serangan mereka tak pernah salah sasaran dan nyaris mendekati sempurna.
Pentagon mengatakan, serangan rudal itu diarahkan ke milisi ISIS-K yang melakukan bom bunuh diri di dekat bandara Kabul.
Komandan sentral AS (CENTCOM) Jenderal Kenneth McKenzie menyatakan, dia menilai kecil kemungkinan mobil yang diserang pada 29 Agustus milik ISIS-K.
"Serangan ini kami yakini akan mencegah ancaman ke pasukan atau proses evakuasi. Tapi ini kesalahan dan saya meminta maaf," kata dia.
Jenderal McKenzie menambahkan, sebagai komandan lapangan dia bertanggung jawab atas serangan drone yang juga membunuh tujuh anak.
Dalam konferensi pers, dia meminta maaf kepada keluarga korban, dan menawarkan untuk menanggung kerugian mereka.
"Serangan udara itu jelas merupakan kesalahan yang tragis," ujar Jenderal McKenzie dilansir Sky News Jumat (17/9/2021).
Selama berhari-hari sejak serangan udara digelar, Pentagon selalu bersikukuh mereka mengeksekusinya dengan sempurna.
Meski laporan yang kemudian menyeruak mengungkapkan, mobil yang diserang justru milik pegawai organisasi kemanusiaan AS.
Jenderal Mark Milley, Ketua Gabungan Kepala Staf menuturkan, serangan tersebut tepat sasaran, dengan satu orang tewas adalah fasilitator ISIS-K.
Serangan udara itu digelar setelah bom bunuh diri mengguncang di bandara Kabul, menewaskan 169 warga Afghanistan dan 13 tentara AS.
Setelah investigasi yang dilakukan media AS dipubliksikan, barulah Milley menyebut serangan tersebut tragedi dan memilukan hati.
Sopir mobil yang diserang diidentifikasi bernama Zemerai Ahmadi, pegawai di lembaga Nutrition and Education International.
Saat kejadian, dia baru saja memasuki rumah dan membunyikan klaksonnya.
Putranya yang berusia 11 tahun kemudian keluar.
Bocah itu masuk ke kursi pengemudi, dan memasukkan mobil ayahnya ke parkiran, sementara saudara-saudaranya menonton.
Saat itulah, rudal Hellfire yang ditembakkan drone AS menghantam mobil Toyota Ahmadi, membunuhnya, anak-anaknya, dan sepupunya.
McKenzie menerangkan, mereka sebelumnya menerima informasi akan ada serangan lanjutan dengan pelaku memakai Toyota Corolla.
Intelijen AS mengidentifikasi bangunan yang diduga dipakai oleh ISIS-K, dengan Toyota yang dipunyai Ahmadi.
Mereka sempat mengamati kendaraan tersebut selama delapan jam, dengan beberapa pria memasukkan benda yang diduga peledak.
Investigasi yang dilakukan New York Times mengungkapkan benda yang diduga bom itu sebenarnya botol berisi air.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengakui, tidak ada kaitan antara Ahmadi dengan ISIS-Khorasan, sehingga serangan itu kesalahan mereka.
"Kami menyampaikan permintaan maaf, dan secara tulus berniat dari kesalahan ini," papar Jenderal Austin.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/drone-mq-9-reaper.jpg)