Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sudah Keterlaluan, Rusia dan AS Sepakat Desak Taliban Penuhi Janjinya soal Kemanusiaan di Afganistan

bukannya baik, Taliban malah bikin Afganistan jadi murung. AS dan Rusia desak Taliban penuhi janji soal hak kemanusiaan

Editor: Budi Rahmat
BULENT KILIC / AFP
Zabihullah Mujahid (tengah), Kepala juru bicara Taliban, tiba untuk berpidato di konferensi pers di Kabul pada 21 September 2021. 

"Yang paling penting ... adalah untuk memastikan bahwa janji-janji yang telah mereka nyatakan secara terbuka ditepati," kata Lavrov. “Dan bagi kami, itu adalah prioritas utama.”

Pada konferensi pers yang lebih luas sebelum menyampaikan pidato Rusia pada pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum PBB, Lavrov membahas berbagai masalah mulai dari upaya membuat AS bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran hingga isu tentara bayaran Rusia di Mali.

AS mendesak Iran melanjutkan negosiasi nuklir, tetapi Lavrov mengatakan Presiden Donald Trump saat itu yang menarik AS keluar dari perjanjian nuklir.

Jadi menurutnya, untuk menyatakan bahwa “waktu hampir habis (kesepakatan), siapa pun dapat mengatakan ini — tetapi bukan Washington.”

Menurutnya, Rusia ingin melihat dimulainya kembali negosiasi untuk mengembalikan kesepakatan awal sesegera mungkin.

Tetapi para pemimpin pemerintahan baru Iran “mengatakan mereka membutuhkan setidaknya beberapa minggu, dan mudah-mudahan tidak lebih, untuk mengumpulkan tim perunding karena mereka memiliki beberapa perubahan staf,” katanya.

Lavrov juga membela keputusan pemerintah transisi di Mali untuk menyewa sebuah perusahaan militer swasta Rusia untuk membantu memerangi teroris. Menurutnya, mereka memiliki hak "sah" untuk melakukannya dan pemerintah Rusia tidak terlibat.

Baca juga: Taliban Minta Dilibatkan dalam Kancah Internasional, Sekjen PBB Terima Surat Resmi Menlu Taliban

Perancis mengumumkan akan mengurangi kekuatannya untuk memerangi ekstremis di Mali dan kawasan itu, kata Lavrov.

Dan dalam teguran keras atas kinerja mereka, Lavrov berpendapat bahwa pasukan Perancis “seharusnya memerangi teroris yang membangun kehadirannya di Kidal (di Mali utara), tetapi mereka tidak berhasil melakukannya. Dan teroris terus berkuasa di daerah itu.”

(Tribunhpekanbaru.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved