Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Donald Trump tak Terima, 88 Juta Pengikutnya Lesap, Sebut Twitter Tak Adil dan Singgung Taliban

Donald Trump sempat singgung Taliban ketika meminta Twitter memulihkan akun miliknya. ia menilai Twitter tidak adil hingga 88 juta pengikutunya lesap

Editor: Budi Rahmat
AFP
Donald Trump 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Masih tidak terima, Donald trump meminta akun twitter miliknya di pulihkan.

Ia tidak terima dengan tudingan sepihak yang dialamtkan kepadanya.

Bahkan saat twitter membungkam akun miliknya, Donald trump mengatakan kalau hal tersebut tidak adil.

Sebab menurut Trump, pihak twitter tidak melakukan apapun ketika Taliban secara teratur mengirimkan twit atas kemenangan mereka di Afganistan.

Trum pun meminta agar pihak Twitter segara memulihkan akunnya yang sudah memiliki 88 juta pengikut.

Baca juga: Sosok Daria Boyarskaya, Penerjemah Cantik yang Ditugaskan Ganggu Konsentrasi Donald Trump

Mantan Presiden AS Donald Trump meminta hakim federal di Florida untuk mendesak Twitter memulihkan akunnya.

Sebagaimana diketahui, Twitter memblokir akun Twitter Trump pada Januari tak lama setelah serangan di Gedung Capitol, Washington DC, pada Januari.

Trump mengajukan perintah awal pengadilan terhadap Twitter di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan Florida.

Trump beralasan, perusahaan media sosial tersebut "dipaksa" sejumlah anggota Kongres AS agar menangguhkan akunnya.

Twitter dan sejumlah perusahaan media sosial lainnya melarang Trump menggunakan platform mereka setelah pendukungnya menyerbu Gedung Capitol.

Serbuan itu terjadi setelah Trump sebelumnya berpidato mengenai klaimnya yang salah bahwa dia telah dicurangi dalam pilpres AS.

Klaim Trump tersebut disangkal oleh banyak pengadilan dan petugas pemilu negara bagian sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (2/10/2021).

Baca juga: Korea Utara Kembali Berbaikan Dengan Seoul Setelah Dirusak Oleh Donald Trump

Pengacara Trump menuturkan bahwa Twitter menjalankan kekuasaan dan kontrol atas wacana politik di AS yang sangat dominan.

“Secara historis belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat berbahaya untuk membuka debat demokratis,” kata pengacara Trump.

Twitter menolak mengomentari pengajuan tersebut ketika dihubungi oleh Reuters.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved