Berita Pekanbaru
Harga Minyak Goreng Bikin Penjual Cireng Puyeng, Masih Rp 17 Ribu Per Liter di Pekanbaru
Masih di kisaran Rp 17 ribu per liter, harga minyak goreng yang tak kunjung turun bikin pedagang cireng puyeng
Penulis: Fernando | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Masih di kisaran Rp 17 ribu per liter, harga minyak goreng yang tak kunjung turun bikin pedagang cireng puyeng.
Harga minyak goreng dan sejumlah komoditas pangan di pasaran Kota Pekanbaru mulai merangkak naik. Kenaikan harga terjadi sejak awal November 2021.
Pantauan Tribunpekanbaru.com di Pasar Sail, harga minyak goreng kemasan rata-rata berkisar Rp 17.000 hingga Rp 20.000 per liter. Harga minyak goreng masih mengalami kenaikan.
Dua pekan ini harga minyak goreng belum kunjung memperlihatkan penurunan.
Padahal harga minyak goreng sebelumnya sempat menyentuh angka Rp 12.000 per liter.
Harga minyak goreng yang melambung selama beberapa pekan ini di Kota Pekanbaru membuat Saidah merugi.
Pedagang cireng di sekitar SMAN 10 Pekanbaru mengeluhkan harga minyak goreng yang berkisar Rp 17.000 per liter.
"Kalau kita yang jual makanan gorengan tentu berdampak sekali," jelasnya kepada Tribunpekanbaru.com, Jumat (12/11/2021).
Padahal dirinya sangat membutuhkan minyak goreng untuk berjualan setiap hari.
Omzetnya pun turun dari saat harga minyak goreng masih normal.
Dirinya hanya bisa mendapat omzet Rp 100 ribu hingga Rp 120 per hari.
Padahal setiap harinya ia sempat mendapat omzet sebesar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari saat harga minyak masih normal.
Lismayanti juga mengeluhkan harga minyak goreng yang baik selama beberapa pekan ini.
Ia pun terpaksa mengurangi memasak makanan yang digoreng.
"Biasanya rutin menggoreng setiap hari, sekarang kita saling membuat gulai," aku wanita yang sehari-hari bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Wanita paruh baya itu juga terpaksa membeli minyak goreng kemasan ukuran kecil.
Saat ini ia hanya bisa membeli minyak goreng ukuran satu liter untuk persediaan di rumah.
Komoditas pangan lainnya yang meroket adalah cabe merah terutama asal Bukittinggi.
Harganya naik dalam dua pekan ini naik dari Rp 40.000 per kilogram menjadi Rp 60.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasoit tidak menampik harga sejumlah bahan pokok di pasaran mengalami kenaikan.
Ia mengungkapkan kenaikan bahan pokok juga seiring dengan kenaikan barang produksi pangan.
Kondisi ini tentu berdampak pada kenaikan komoditas pangan di pasaran.
Pihaknya juga sudah menggelar rapat dengan tim inflasi daerah di Kota Pekanbaru membahas kenaikan harga komoditas pangan.
"Ini jadi perhatian kita, nanti kita kordinasi bersama bulog dan daerah penghasil," jelasnya
Ingot mengatakan, harga komoditas pangan yang naik saat ini tidak dapat dikendalikan karena bukan berasal dari Kota Pekanbaru.
Ia menyebut kebanyakan komoditas pangan di Kota Pekanbaru berasal dari luar daerah.
Persoalan kenaikan harga komoditi pangan ini terjadi karena berbagai faktor. Ia menyebut bahwa kenaikan harga minyak goreng bisa saja terjadi karena kenaikan bahan baku produksinya.
"Bisa saja terjadi kenaikan karena harga TBS naik, sehingga berdampak pada produk turunan sawit seperti minyak goreng," paparnya.
Sedangkan kenaikan harga cabe merah karena faktor cuaca. Saat ini sedang musim penghujan sehingga panen di wilayah penghasil agak terganggu.
Pihaknya belum mendapati adanya ulah spekulan atau penimbunan dalam kenaikan harga komoditi pangan.
Mereka juga sudah melakukan pemeriksaan di sejumlah titik gudang penyimpanan
"Kita memperkirakan itu salah satu faktornya, bisa saja ada faktor lain yang mempengaruhi kenaikan harga," paparnya.
( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sikumbang )