Miris, Muncul untuk Pertama Kali ke Publik, Petinggi Taliban Ini 'Mengemis' ke Negara lain
Mirisnya pejabat Taliban, Tak sanggup menghadapi kondisi Afganistan yang diambil alih, petinggi Taliban ini memilih minta bantuan negara lain.
TRIBUNPEKANBARU.COM- Miris. Muncul untuk pertamakalinya setelah Taliban kuasai AFganistan dan kondisi Afganistan yang porakporanda saat ini, Perdana Menteri Afghanistan Mullah Mohammad Hassan Akhund malah meminta bantuan.
Sepertinya ia sadar dengan kondisi Afganistan saat ini yang sangat butuh bantuan negara lain.
Karena itu pula veteran Taliban ini dengan tegas mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menggangu urusan internal negara lain.
Baca juga: Taliban Klaim Jalin Kerjasama Afghanistan dengan Perusahaan Australia untuk Pengolahan Ganja
Kini yang ada dalam harapannya adalah bantuan yang diberikan untuk negara Afganistan.
Kenyataan yang memang sangat disayangkan. Sejak diambil alih Taliban, sosok Mullah Mohammad Hassan Akhund tidak pernah muncul.
Sampai kemudian kondisi Afganistan menjadi kacau dan terancam kelaparan.
Belum lagi aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok ISIS di AFganistan.
Mullah Mohammad Hassan Akhund kini muncul. Dalam pidato 30 menit itu ia lebih banyak berharap pertolongan negara lain
Mullah Mohammad Hassan Akhund berjanji "tidak ikut campur" dalam urusan internal negara lain, dan mendesak badan amal internasional untuk terus memberikan bantuan.
Pernyataan pendiri Taliban tersebut disiarkan di televisi pemerintah pada Sabtu (27/11/2021), menjelang peritemuan pekan depan antara kelompoknya dengan Amerika Serikat di Doha.
"Kami meyakinkan semua negara bahwa kami tidak akan ikut campur dalam urusan internal mereka dan kami ingin memiliki hubungan ekonomi yang baik dengan mereka," kata Akhund, seperti yang dilansir dari AFP pada Sabtu (27/11/2021).
Pidato Akhund yang berlangsung hampir 30 menit adalah pidato pertamanya kepada publik Afghanistan sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus.
Pidatonya itu muncul di tengah kritik publik terhadanya di media sosial karena tetap diam sejak Taliban berkuasa, bahkan ketika bangsa Afghanistan menghadapi tantangan berat setelah itu.
Baca juga: MENENGOK 100 Hari Pertama Taliban Menguasai Afghanistan: Apa yang Terjadi?
"Kami tenggelam dalam masalah kami dan kami mencoba untuk mendapatkan kekuatan untuk membawa orang-orang kami keluar dari kesengsaraan dan kesulitan dengan bantuan Tuhan," ujarnya.
Akhund adalah seorang veteran Taliban yang merupakan rekan dekat dan penasihat politik Mullah Omar, pendiri gerakan dan pemimpin tertinggi pertama kelompok tersebut.
Ia menjabat sebagai menteri luar negeri dan wakil perdana menteri dalam rezim pemerintahan Taliban sebelumnya antara 1996-2001.
Dia ditempatkan dalam daftar sanksi Dewan Keamanan PBB yang terkait dengan "tindakan dan kegiatan" Taliban.
Taliban mohon bantuan
Pemerintah Taliban saat ini menghadapi serangkaian tantangan, khususnya untuk pemulihan ekonomi negara yang bobrok, bantuan internasional diblokir.
Sebelumnya di bawah pemerintah yang didukung AS, 75 persen dari anggaran nasional Afghanistan disangga oleh bantuan internasional.
Inflasi dan pengangguran telah melonjak di Afghanistan, sementara sektor perbankan negara itu telah runtuh sejak pengambilalihan Taliban.
Krisis keuangan diperparah ketika Washington membekukan sekitar 10 miliar dollar AS (Rp 1.436 triliun) aset yang disimpan dalam cadangannya untuk Kabul.
Semakin memburuk setelah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional menghentikan akses Afghanistan ke pendanaan.
Baca juga: Militer Australia Antar Nyawa ke Afganistan, Susah Payah Tangkap Taliban Hanya untuk Dilepas Lagi
Badan-badan bantuan PBB telah memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan besar sedang berlangsung di Afghanistan, dengan penduduk negara itu diperkirakan akan menghadapi kelaparan musim dingin tahun ini.
Situasi yang memburuk dengan cepat telah memaksa warga Afghanistan untuk menjual barang-barang rumah tangga mereka guna mengumpulkan uang untuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
"Kami meminta semua organisasi amal internasional untuk tidak menahan bantuan mereka dan untuk membantu bangsa kita yang lelah...sehingga masalah rakyat dapat diselesaikan," kata Akhund dalam pidatonya, bersikeras bahwa masalah yang dihadapi negara adalah hasil dari pemerintahan sebelumnya.
Ketika Taliban berjuang untuk muncul sebagai badan pemerintahan, kelompok itu juga menghadapi tantangan berat dari kelompok ISIS yang telah melakukan beberapa serangan brutal.
Perundingan AS-Taliban akan membahas beberapa masalah, seperti memerangi ancaman ISIS dan Al-Qaeda, serta bantuan kemanusiaan ke Afghanistan.
Pembicaraan AS-Taliban juga akan fokus pada bagaimana menawarkan jalan keluar yang aman dari Afghanistan bagi warga kedua negara yang bekerja untuk Washington selama perang 20 tahun.
Baca juga: Taliban Kalahkan ISIS di Afghanistan, Jubir Sebut Ratusan Anggota ISIS Ditangkap
Washington bersikeras bahwa setiap dukungan keuangan dan diplomatik kepada Taliban didasarkan pada kondisi tertentu, seperti mendirikan pemerintahan yang inklusif serta menghormati hak-hak minoritas, perempuan, dan anak perempuan termasuk pendidikan.
"Pendidikan anak perempuan sebagian besar telah dilanjutkan dan ada harapan bahwa pendidikan akan difasilitasi lebih lanjut," kata Akhund, menunjukkan bahwa itu akan dibimbing sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
(Tribunpekanbaru.com)
