Mengejutkan, Pengakuan Keluarga Penghuni Lapas Kerangkeng Bupati Langkat yang Meninggal, Penuh Luka
Satu keluarga penghuni panti karangkeng manusia di kediaman Bupati Langkat Terbit Rencana Peranginangin, memberi pengakuan anaknya tewas penuh luka
Penulis: Hendri Gusmulyadi | Editor: Hendri Gusmulyadi
"Pernyataan kedua menurut kami lebih luar biasa. Apabila ada hal-hal yang terjadi terhadap anak saya selama dalam pembinaan, seperti sakit atau meninggal, maka kami dari pihak keluarga tidak akan menuntut pihak pembina. Ini menunjukkan kebal hukum," ucap Edwin.
Investigasi Komnas HAM
Dari hasil investigasi yang dilakukan Komnas HAM, kekerasan dan penganiayaan diduga terjadi di dalam kerangkeng milik Terbit.
Akibat kekerasan itulah, sejumlah orang dilaporkan tewas, tak hanya satu orang.
Padahal sebelumnya Terbit Rencana Peranginangin sempat membuat alibi kerangkeng itu digunakan sebagai panti rehabilitasi bagi para pecandu narkoba dan kenakalan lainnya.
"Cara merehabilitasi penuh dengan catatan kekerasan, kekerasan yang sampai hilangnya nyawa."
"Sehingga memang jika kalau ditanya yang meninggal berapa, pasti lebih dari satu," kata Komisioner Komnas HAM, M Choirul Anam, Sabtu (29/1/2022).
Anam menyebut para tahanan itu tewas dianiaya menggunakan benda-benda yang sudah disiapkan.
Bahkan pola penyiksaan, rentang waktu dan alat yang digunakan untuk menganiaya para tahanan sudah dikantongi Komnas HAM.
"Polanya kami dapat, medio waktunya kami dapat, infrastruktur untuk melakukan kekerasan kami dapat.
Informasi soal alat kami dapatkan dan keterangan konteks kenapa terjadi kekerasan itu juga kami dapat," tambahnya.
Berdasarkan keterangan saksi, penganiayaan terjadi antara periode tahanan baru masuk ke kerangkeng 4 hingga 6 bulan pertama.
Disitu mereka masih berusaha melawan hingga akhirnya terjadi penganiayaan dan berujung maut.
Bahkan, Komnas HAM mengatakan korban tewas terakhir kali dalam setahun belakangan.
Komnas HAM juga menemukan kuburan para penghuni kerangkeng di sejumlah tempat.