Warga Pasaman Heboh Semburan Lumpur Pasca Gempa Sumbar Hari Ini, BMKG Buka Suara
Luapan lumpur itu mengalir dari dalam tanah pasca kejadian gempa 6,2 magnitudo serta gempa susulan yang mencapai 5 magnitudo melanda kawasan Pasaman
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kemunculan semburan lumpur pasca kejadian gempa sempat membuat heboh masyarakat Jorong Padang Baru, Nagari Ganggo Hilia, Kec. Bonjol, Kabupaten Pasaman.
Pasalnya Gempa besar yang mengguncang Kabupaten Pasaman Barat pada Jum'at (25/2/2022) mengakibatkan meluapnya lumpur dari sumber air panas di Jorong Padang Baru
Luapan lumpur itu mengalir dari dalam tanah pasca kejadian gempa 6,2 magnitudo serta gempa susulan yang mencapai 5 magnitudo melanda kawasan Kabupaten Pasaman Barat.
Di video yang dibagikan @infosumbar, nampak sejumlah anggota kepolisian dan masyarakat berada di lokasi dan menyaksikan langsung adanya luapan lumpur yang keluar.
"Kepada masyarakat yang berada di lokasi kemunculan luapan lumpur untuk bisa menghindari aliran tersebut karena ada kemungkinan bisa juga mengakibatkan rengkahan dan semburan belerang" tulisnya.
Guncangan gempa yang melanda Kabupaten Pasaman Barat pada Jum'at, (25/2/2022) memberikan dampak signifikan bagi pemukiman warga.
Sejumlah pantauan dan video yang beredar di media sosial memperlihatkan bagaimana hancurnya kondisi daerah tersebut setelah kejadian tersebut.
Seperti dalam sebuah video yang beredar di media sosial, @infosumbar, tampak terjadi pergerakan campuran air dan lumpur, di Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, dampak dari gempa besar itu
Masih diselidiki hingga saat ini apakah bencana tersebut adalah longsor, galodo, atau likuifaksi.
Namun selintas dalam rekaman video yang ramai jadi sorotan netizen, pergerakan tanah yang bak berjalan seperti mirip dengan peristiwa gempa yang ada di Sulawesi Tengah beberapa tahun lalu.
Dikutip dari Kompas.com, Selain gempa dan tsunami, masyarakat juga dikejutkan dengan fenomena likuefaksi yang menerjang wilayah Petobo, Palu.
Saat itu, tanah di permukiman warga berubah menjadi lumpur layaknya cairan dan kehilangan kekuatannya.
Fenomena ini sendiri dapat terjadi jika terdapat material lepas berupa pasir dan lanau yang berada di bawah muka air tanah yang memungkinkan ruang pori antar butir terisi air.
Kemudian, tanah yang terlikuifaksi tidak dapat menahan berat apapun yang berada di atasnya, baik itu berupa lapisan batuan di atasnya maupun bangunan yang akhirnya mengakibatkan hilangnya daya dukung pada pondasi bangunan.
Akibatnya, wilayah seluas 180,6 hektar di Petobo dan 202,1 hektar di Jono Oge, Kabupaten Sigi mengalami kehancuran luar biasa.
