Bak Nasi Jadi Bubur, Wanita Ini Sesali Jalani Operasi Jadi Pria: Payudara & Rahim Terlanjur Hilang
Bukannya bahagia, wanita ini malah merasa beban setelah menjalani operasi transgender menjadi laki-laki.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Melakukan operasi perubahan jenis kelamin memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Perlu kesiapan baik fisik maupun mental.
Jangan sampai ketika sudah mengubah jenis kelamin malah berpikir untuk ingin kembali ke jenis kelamin semula.
Diketahui, seorang wanita menyesal telah operasi menjadi seorang trasgender.
Bak nasi sudah menjadi bubur, kini wanita ini menyesal telah melakukan operasi transgender.
Bukannya bahagia, wanita ini malah merasa beban setelah menjalani operasi transgender menjadi laki-laki.
Kini di saat dirinya telah sadar, sang wanita harus menerima kenyataan tak lagi memiliki payudara dan rahim.
Nasib pilu ini rupanya dialami oleh seorang wanita bernama Sinead Watson.
Dilansir dari Daily Mail Senin (11/4/2022), Sinead Watson lahir di Glasgow, Inggris dan saat ini berusia 31 tahun.
Sinead merupakan anak kedua dari pasangan Andrew dan Brenda.
Sang ayah bekerja sebagai pekerja tambang, sedangkan ibunya merupakan personal trainer.
Sinead sempat menceritakan perjalanan hidupnya.
Dia mengungkapkan saat masih kecil dia dan kakaknya suka main boneka Barbie layaknya anak perempuan pada umumnya.
"Kami seperti anak-anak perempuan kebanyakan, yang suka main rumah-rumahan dan boneka Barbie," kata Sinead.
Saat memasuki usia remaja, Sinead sempat angkat kaki dari rumahnya.
Kala itu, dia bertengkar hebat dengan orangtuanya.
"Aku tumbuh sebagai remaja yang kehilangan arah tanpa sosok kakak untuk membimbingku," tuturnya.
Setelah pergi dari rumah, Sinead sempat galau dengan perubahan fisiknya.
Dia juga mengaku trauma karena pernah mengalami pelecehan seksual.
Seorang rekan kerjanya pernah mencoba mencium dan meraba area intimnya.
Kendati demikian, dia tak berani melaporkan kejadian itu kepada siapapun.
Di usia 19 tahun, Sinead mulai menimba ilmu di perguruan tinggi.
Dia kuliah di Glasgow University dan mengambil jurusan sejarah dan arkeologi.
Sinead menyebut saat kuliah banyak pria tertarik padanya, namun dia memilih untuk menghindar.
Dia lantas melabeli dirinya sebagai seorang lesbian dan mulai berpacaran dengan perempuan.
Kala itu, hubungan dengan keluarganya semakin membaik.
Namun, curhatan Sinead tentang pelecehan seksual yang pernah dia alami justru tak ditanggapi serius oleh sang kakak, Andrea.
"Aku dulu berpikir itu hanyalah perilaku seksis yang semua wanita perlu belajar untuk memakluminya.
Aku menyuruhnya untuk melupakan kejadian tersebut dan move on.
Bodohnya aku.
Seharusnya aku lebih serius merespons hal tersebut dan mungkin menyarankan dia ikut konseling," ujar Andrea.
Kecewa dengan sikap kakaknya, Sinead lantas mengubah jati dirinya menjadi seorang pria.
Dia memutuskan menjalani operasi kelamin pada tahun 2015.
Sinead juga sempat menjalani perawatan hormon testosterone.
Akibatnya, kepribadian Sinead pun berubah, dari yang periang menjadi emosian dan agresif.
Setelah berubah menjadi pria, Sinead justru merasa beban mentalnya makin bertambah.
"Setelah melalui masa transisi, aku masih membenci diriku," ucap Sinead.
Hingga akhirnya Sinead mengalami depresi dan membuatnya berhenti kuliah dua bulan sebelum ujian kelulusan.
Suatu hari dirinya menemukan kelompok wanita yang senasib dengannya.
Mereka lah yang membuat Sinead bangkit dari keterpurukannya.
Dia kemudian mengambil keputusan besar yakni kembali ke kodratnya sebagai wanita.
Saat bertransisi kembali menjadi wanita, Sinead mendapat banyak dukungan dari orang-orang terdekatnya, termasuk kekasihnya.
Sang kekasih adalah seorang pria 28 tahun yang mau menerima Sinead apa adanya meski payudara dan rahimnya sudah diangkat.
Sinead menegaskan bahwa kisahnya ini tak bertujuan untuk menyudutkan kaum transgender.
Dia hanya berharap kisah hidupnya dapat menginspirasi para wanita untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan,apalagi berhubungan dengan masalah gender.