Indonesia Baru Sehari Stop Ekspor Minyak Sawit, India Menjerit, Malaysia Langsung Naikkan Harga
Larangan ekspor CPO ini akan berdampak kepada miliaran penduduk India, sebuah negara pengimpor minyak CPO terbesar yang diproduksi Indonesia.
Ini karena di waktu bersamaan, harga minyak kedelai dan minyak dari biji bunga matahari juga meroket akibat terdampak dari konflik di Ukraina.
Negara yang tengah dibombardir Rusia itu juga merupakan produsen minyak bunga matahari terbesar dunia.
Sebagaimana diketahui, biji bunga matahari adalah kompetitor dari minyak sawit.
“Pemangku kepentingan industri telah memberi tahu kami bahwa apa pun yang terjadi, krisis kelapa sawit akan menaikkan harga setidaknya selama 3-4 bulan ke depan,” kata seorang pejabat India.
Keputusan dilematis
Di sisi lain, Jokowi mengatakan, larangan ekspor CPO dan produk turunannya itu merupakan keputusan dilematis.
Karena untuk menekan harga minyak goreng di pasar, pemerintah di sisi lain harus mengorbankan hilangnya sumber devisa.
Minyak goreng dan CPO memberikan pemasukan yang cukup besar untuk negara.
Selama bulan Maret 2022 saja, ekspor CPO nilainya 3 miliar dollar AS.
CPO juga masih merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia.
Sehingga, jika larangan ekspor berlaku selama 1 bulan, pemerintah akan kehilangan pendapatan sebesar itu atau sekitar Rp 42,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.300).
Di sisi lain, pelarangan ekspor juga akan untungkan Malaysia sebagai pesaing CPO Indonesia.
Negara lain yang memproduksi minyak nabati alternatif juga akan diuntungkan.
Seperti soybean oil, rapseed oil dan sunflower oil yang diproduksi AS dan negara di Eropa.
"Saya ingin menegaskan bagi pemerintah kebutuhan pokok masyarakat adalah yang utama, ini prioritas paling tinggi," ujar Jokowi.
"Begitu kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, tentu saya akan cabut larangan ekspor karena saya tahu negara perlu pajak, negara perlu devisa, negara perlu surplus neraca perdagangan, tapi memenuhi kebutuhan pokok masyarakat adalah hal yang lebih penting," imbuh dia.
