Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Masih Ngotot, Zelensky Tegaskan Hal Ini ke Rusia: Ukraina Tidak akan Serahkan Tanahnya

Zelensky mengatakan dia hanya bersedia membahas diakhirinya perang dengan berbicara kepada Putin sendiri dan tidak melalui perantara.

Genya SAVILOV / AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato dalam konferensi pers dengan media internasional di stasiun metro bawah tanah di Kyiv pada 23 April 2022. Zelensky mengkritik keputusan Sekretaris Jenderal PBB untuk mengunjungi Moskow pada 26 April, sebelum menuju ke Kyiv. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan ia tidak akan menyerahkan tanah negaranya sebagai imbalan berakhirnya perang dengan Rusia.

Dilansir Independent, negosiasi damai tidak dapat dilanjutkan sampai Rusia menunjukkan kesediaannya untuk memindahkan pasukan dan peralatannya kembali ke posisi sebelum 24 Februari, yaitu sebelum Vladimir Putin memerintahkan invasi, kata Zelensky dalam pidato video di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Rabu (25/5/2022).

Zelensky mengatakan dia hanya bersedia membahas diakhirinya perang dengan berbicara kepada Putin sendiri dan tidak melalui perantara.

Ia menambahkan bahwa jalan keluar diplomatik dari konflik ini memungkinkan jika presiden Rusia memahami kenyataan.

Ditanya apakah mungkin untuk merundingkan penghentian konflik, Zelensky mengatakan:

"Ukraina tidak akan menyerahkan wilayah kami."

"Kami berjuang di negara kami, di tanah kami."

"Perang sedang diperjuangkan untuk tanah kami, untuk kebebasan kami, untuk kemerdekaan kami, dan untuk masa depan kami," tambahnya.

Pembicaraan selama berbulan-bulan antara negosiator Ukraina dan Rusia hanya menghasilkan sedikit kemajuan, di antaranya berupa kesepakatan tentang koridor kemanusiaan.

Namun kesepakatan itu pun sering diabaikan oleh Rusia.

Negosiator utama Moskow Vladimir Medinsky mengatakan pada hari Minggu bahwa Rusia siap untuk melanjutkan pembicaraan damai.

Tetapi "persiapan serius" diperlukan sebelum para presiden dapat bertemu, menurut kantor berita milik negara Rusia, Tass.

"Para kepala negara harus bertemu untuk mencapai kesepakatan akhir dan menandatangani dokumen, tetapi tidak untuk mengambil foto," katanya seperti dikutip Tass.

Di sisi lain, diskusi pembicaraan damai justru menimbulkan keretakan di Uni Eropa.

Beberapa negara anggota berusaha untuk menggiring blok tersebut ke arah sikap yang lebih "berdamai" dengan Rusia.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved