Perang Rusia vs Ukraina
Seolah Terus Dipaksa Berperang dengan Rusia, Eropa, NATO dan AS tak Henti Pasok Senjata bagi Ukraina
Ukraina memang kuat setelah terus dipasok senjata oleh eropa, NATO dan AS. Namun militer mereka akan terus tewas dan warga sipil akan jadi korban
TRIBUNPEKANBARU.COM- Entah kapal perang Rusia-Ukraina akan berakhir. Saat Rusia terus berusaha merangsek masuk, UKraina juga semampunya bertahan dan terus memukul mundur lewat senjata bantuan negara lain.
Ya, kenyataan saat ini, militer Ukraina dibentuk sedemikian rupa agar lebih kuat dengan persediaan senjata yang tak terbatas.
Tinggal bagaimana militer Ukraina siap dengan kemampuan mereka mengoperasikan senjata canggih yang terus dipasok beberapa negara erop, NATO dan Amerika Serikat.
Baca juga: Militer dan Bunker Ukraina Hancur Dihantam Artileri Raksasa Rusia
Lewat bantuan senjata canggih dari negara-negara itu, Ukraina seolah-olah merupakan negara dnegan persediaan senjata yang tak terbatas.
Mereka juga terus diperkuat oleh negara lain. Namun, mirisnya, korban sipil dan militer Ukraina terus terjadi
Kini Ukraina telah mulai menerima rudal anti-kapal Harpoon dari Denmark dan howitzer self-propelled dari Amerika Serikat,
Senjata yang akan mendukung pasukan yang memerangi invasi Rusia, kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov pada Sabtu.
"Pertahanan pantai negara kita tidak hanya akan diperkuat oleh rudal Harpoon - mereka akan digunakan oleh tim Ukraina yang terlatih," tulis Reznikov di halaman Facebook-nya.
Dia mengatakan rudal pantai-ke-kapal Harpoon akan dioperasikan bersama rudal Neptunus Ukraina untuk mempertahankan pantai, termasuk pelabuhan selatan Odesa.
Baca juga: GAWAT! Rudal Terbaru Rusia Bisa Hantam Sasaran Berjarak 1000 Km dalam Hitungan Detik
Baca juga: Rusia Ingin Ambil Alih Donbas, Volodymyr Zelensky: Donbas akan Menjadi Orang Ukraina!
Serhiy Bratchuk, juru bicara administrasi militer regional Odesa di Ukraina selatan, mengatakan dalam sebuah posting online bahwa "begitu banyak Harpoon telah diserahkan kepada kami sehingga kami dapat menenggelamkan seluruh Armada Laut Hitam Rusia. Mengapa tidak?"
Bulan lalu Moskva, kapal utama armada Laut Hitam Rusia, tenggelam setelah apa yang dikatakan Ukraina sebagai serangan rudal anti-kapal. Moskow mengatakan kebakaran memicu ledakan amunisi.
Setelah meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, Rusia memberlakukan blokade laut di pelabuhan Ukraina, menghambat ekspor biji-bijian penting.
Ia juga menggunakan armada Laut Hitam untuk meluncurkan serangan rudal.
Reznikov mengatakan Ukraina juga telah menerima berbagai artileri berat, termasuk howitzer self-propelled M109 buatan AS yang dimodifikasi yang akan memungkinkan militer Ukraina untuk menyerang sasaran dari jarak yang lebih jauh.
Ukraina mengatakan ingin mengamankan pengiriman peluncur roket jarak jauh M270 buatan AS.
Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan Ukraina, yang bekerja untuk meningkatkan pasokan senjata, mendekati titik di mana ia akan melebihi jumlah Rusia secara teknologi dan dalam hal kemampuannya untuk menyerang.
Baca juga: Amerika Serikat Tak Tinggal Diam, Mereka Kirim Ukraina Roket Canggih Ini untuk Kalahkan Rusia
Baca juga: Media Rusia Sebut di Indonesia Ada Labor Virus Berbahaya Milik Amerika, Lokasinya di Wilayah Ini
"Tentu saja, banyak tergantung pada mitra kami dan kesiapan mereka untuk menyediakan Ukraina dengan segala yang diperlukan untuk melindungi kebebasan.
Dan saya mengharapkan kabar baik pada minggu depan ini," katanya dalam video larut malam, tanpa memberikan rincian.
Penasihat Zelenskiy Oleksiy Arestovych mengatakan pada Sabtu malam bahwa "senjata yang sangat kami butuhkan kemungkinan besar akan segera dikirimkan."
Kuncinya adalah pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussel pada pertengahan Juni, yang dihadiri oleh Reznikov, kata Arestovych di televisi media sosial.
"Jika sekutu di Barat tidak menunda ... maka sekitar 20 Juni situasi di garis depan akan sangat menguntungkan kita."
Baca juga: Bikin Putin Hilang Harga Diri, Rusia Sibuk Bombardir, eh Bendera Ukraina Malah Berkibar di Sini
Rusia mengatakan pasukannya sedang dalam "operasi khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina dan menyingkirkannya dari nasionalis radikal anti-Rusia. Ukraina dan sekutunya menyebut itu sebagai dalih palsu untuk perang agresi.(*)
(Tribunpekanbaru.com)
