Subsidi Minyak Goreng Dicabut
Subsidi Minyak Goreng Curah Akan Dicabut, Dewan Riau Minta Jangan Sampai Masyarakat Menjerit Lagi
Anggota dewan Riau meminta jangan sampai masyarakat dibuat menjerit lagi akibat subsidi minyak goreng curah dicabut.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ariestia
Beberapa pelaku UKM keripik ubi di Kulim ini sebelumnya bahkan sempat ada yang tutup, tidak menjalankan usahanya karena tidak terbeli minyak goreng.
"Sekarang ini harga masih mahal, karena satu derigen itu masih kami beli dengan harga sekitar Rp 17 ribu perliter, bahkan bisa lebih,"ujar Sutarto seorang pemilik usaha kerupuk ubi di Pekanbaru.
Sutarto yang juga penggagas usaha keripik ubi di Tenayanraya dan Kulim itu mengaku selalu menjadi korban akibat kebijakan pemerintah, mereka sebagai pelaku UKM tidak menjadi perhatian sepenuhnya pemerintah.
"Kalau kami ini kan selalu menjadi sasaran korbannya dari kebijakan, kami bahkan takut harga minyak bakal naik lagi dengan dibukanya keran ekspor CPO dan sawit,"ujar Sutarto.
Akibatnya memang diakui Sutarto, pelaku usaha keripik di daerah sejak beberapa waktu terakhir mengalami pendapatan anjlok, akibat harga minyak goreng yang tidak stabil itu.
"Penghasilan yang jelas menurun, setelah sebelumnya pada saat covid banyak usaha kami mengalami penurunan, sekarang dihadapkan dengan harga minyak yang mahal," ujarnya.
Sutarto tidak berharap bantuan dari pemerintah, karena selama ini ia mengaku sudah sering ditinjau pemerintah untuk diberikan bantuan, hanya saja tidak pernah sampai.
Namun yang diharapkannya bagaimana agar harga minyak goreng ini bisa tetap stabil dan berpihak kepada mereka, jangan ada permainan harga hingga ke tingkat bawah.
"Kalau memang harganya turun, jangan sampai ke tingkat masyarakat harganya tetap mahal, diaturlah tata niaga yang baik,"ujarnya.
Selain Sutarto, pengusaha keripik ubi lainnya Sumartini juga mengaku khawatir dengan kebijakan pemerintah menaikkan kembali harga sawit akan berdampak kepada harga minyak goreng.
"Kami takutnya harga minyak goreng melambung lagi, meskipun sekarang masih dianggap mahal, jadi mohon pemerintah perhatikan kami,"ujar Sumartini.
Karena selain harga minyak goreng yang tetap mahal, biaya produksi mereka juga meningkat karena harga ubi juga yang meningkat. (Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution)
