Islamofobia
Kejahatan Rasial Terhadap Muslim Meningkat Tajam di Barat, Jerman Capai Rekor
Kasus kekerasan terhadap muslim yang dilatarbelakangi Islamofobia di negara-negara Barat sudah mencapai rekor.
Penulis: Sesri | Editor: Guruh Budi Wibowo
TRIBUNPEKANBARU.COM - Islamofobia kini merebak hampir di seluruh negara-negara Barat. Bahkan kasus kekerasan terhadap muslim mengalami peningkatan yang signifikan.
Menurut sebuah laporan yang disiapkan oleh Kepresidenan untuk Turki di Luar Negeri dan Komunitas Terkait (YTB), kasus kekerasan terhadap muslim di negara-negara Barat sudah mencapai rekor.
Laporan tersebut, yang telah diterbitkan dalam bahasa Turki, Inggris, Jerman dan Prancis sejak 2018, mencatat bahwa sentimen anti-Muslim telah meningkat di Barat, terutama dengan munculnya retorika sayap kanan dan populis.
YTB mencatat total 316 serangan pada tahun 2021, termasuk 132 serangan terhadap orang Turki yang tinggal di Jerman, 43 di Belanda dan 38 di Prancis.
Laporan tersebut mencatat bahwa 163 dari serangan ini dimotivasi oleh Islamofobia, 116 oleh rasisme, 33 dilakukan oleh simpatisan teroris PKK/YPG dan empat oleh rasis Armenia.
Sementara jumlah orang Turki yang terluka dalam serangan bermotif rasis adalah 36 pada tahun 2020, jumlah ini meningkat menjadi 45 pada tahun 2021.
Dua puluh dua serangan pembakaran tercatat pada tahun lalu, termasuk enam menargetkan masjid, dua terhadap toko-toko milik Turki, 11 kendaraan, empat bangunan, monumen dan kantor perwakilan di luar negeri.
Sementara itu, serangan sayap kanan di Jerman telah mengalami lonjakan 250 persen dalam lima tahun terakhir, Presiden YTB Abdullah Eren mengatakan, menambahkan bahwa itu sebagian besar disebabkan oleh munculnya retorika sayap kanan.
Dia melanjutkan dengan mencatat bahwa sentimen anti-Muslim, anti-migran dan xenophobia adalah penyakit serius yang sering muncul kembali di Eropa.
Presiden YTB juga mencatat bahwa sangat penting bagi warga Turki yang tinggal di luar negeri untuk mengetahui hak-hak mereka dan bahwa kepresidenan akan selalu berdiri di samping mereka.
“Warga kita tidak pernah dibiarkan menghadapi serangan rasis dan diskriminatif sendirian,” kata Eren, menambahkan bahwa YTB memberikan bantuan psikologis dan hukum bagi para korban insiden tersebut dan memberikan pelatihan kepada diaspora pemuda tentang hak asasi manusia.(Tribunpekanbaru.com).
