Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Riau

Kisah Penjual Hewan Kurban di Pekanbaru, Insya Allah Sapi Kami Bebas PMK Pak

Kepanikan terhadap menyebarnya penyakit PMK juga dirasakan pemilik hewan kurban di Pekanbaru yang akan menjualnya pada lebaran mendatang.

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Nasuha Nasution
Sapi Kurban 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kepanikan terhadap menyebarnya penyakit PMK juga dirasakan pemilik hewan kurban di Pekanbaru yang akan menjualnya pada lebaran mendatang.

Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) pada sapi jelang hari raya kurban memang menggemparkan masyarakat, terutama yang akan membeli hewan kurban jelang idul Adha tahun ini.

Apalagi seakan-akan isu PMK ini telah membuat mobilitas hewan kurban terhambat, sapi dari luar Provinsi Riau begitu sulit untuk masuk, karena harus melalui proses karantina untuk memantau penyakit yang cepat menular pada hewan tersebut.

Biasanya sapi kurban di Riau banyak didatangkan dari Lampung, Palembang, Sumatera Barat dan bahkan ada juga dari Pulau Jawa dan Nusa Tenggara, hanya saja tahun ini tidak begitu banyak hewan kurban yang datang dari luar.

Meskipun ada namun jumlahnya tidak besar, kondisi ini juga didukung dengan sudah banyaknya peternak sapi di Provinsi Riau, yang memelihara sapi di kebun kelapa sawit.

Adam Tanjung seorang penjual sapi kurban di Pekanbaru sudah mulai membuka kandangnya sejak sebulan terakhir di sekitaran Kulim Pekanbaru.

Ia mendatangkan sapinya ini dari daerah Bahan Batu Rokan Hilir, puluhan sapi sudah terjual, karena ia memiliki banyak stok sapi dari Bagan Batu untuk dipasarkannya di Pekanbaru.

"Alhamdulillah cukup lumayan juga yang sudah terjual, dan stok kami masih banyak, memang pasar kami hanya sekitar Pekanbaru saja,"ujar Adam yang merupakan penjual sapi dadakan di Pekanbaru itu.

Adam menyediakan sapi jenis Bali dan PO, dengan kisaran harga mulai dari 18 juta hingga 20 juta-an, tergantung bobot dari sapi itu sendiri.

Memang untuk tahun ini harga sapi meningkat dari tahun sebelumnya, ini disebabkan tidak banyaknya masuk sapi dari luar daerah, biasanya tahun lalu harga sapi masih mudah didapat dikisaran Rp16 juta 17 Jutaan.

"Sedikit baiklah harganya dari tahun lalu, karena memang kondisinya juga sekarang semuanya naik,"ujar Adam.

Adam sendiri memang menjual sapi para peternak yang memelihara sapi mereka di kebun sawit, dengan cara dilepaskan begitu saja alias tidak dikandangkan, sehingga bobot dan kesehatan sapinya lebih sehat karena berada di alam terbuka.

"Ini sedikit liar, karena memang dilepas di kebun sawit, pas dibawa ke Pekanbaru baru ditangkap,"ujarnya.

Sementara untuk isu PMK sendiri pemilik sapi di Riau tidak begitu khawatir, pasalnya mereka mengklaim sapi mereka ini adalah sapi-sapi dengan kondisi sehat dan sudah mendapatkan pengawasan dari dinas terkait.

"Insa Allah Sapi kami aman dari PMK pak,"ujar Adam ketika pembeli datang bertanya.

Ini juga dilengkapi dengan dokumen resmi dari aparatur pemerintah yang menyertakan jika kesehatan sapi mereka terjamin.

"Ada yang datang memeriksa kesehatan sapi kami, jadi kalau soal PMK tidak kami khawatirkan, hanya saja masyarakat yang khawatir membeli,"ujarnya.

Sementara itu pengurus sebuah Mesjid di Kulim memang mengakui harga sapi kurban sedikit mengalami lonjakan akibat isu PMK ini, pasalnya tahun sebelumnya mereka membeli dengan harga dikisaran Rp17 juta, sekarang dikisaran 19 jutaan hingga 20 juta.

"Tempat biasa beli, peternak lokal saja harganya mulai dinaikkan apalagi pasokan dari luar tidak begitu banyak,"ujar Zulfahmi pengurus mesjid di Kulim. (Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved