Berita Bengkalis
Raup Cuan Jutaan Meski Bergelut dengan Aroma Busuk, Bisnis Ini Jarang Dilirik Anak Muda
Harus bergelut dengan sampah dan aroma busuk, anak muda di Bengkalis ini hasilkan cuan jutaan, lebih di atas Rp 3 juta sebulan
Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Harus bergelut dengan sampah dan aroma busuk, anak muda di Bengkalis ini hasilkan cuan jutaan, lebih di atas Rp 3 juta sebagai keuntungan dalam sebulan.
Walau bisnis ini jarang dilirik anak muda, Rizal, pemuda asal Bengkalis memilihnya untuk sumber penghasilan.
Awalnya hanya sekadar membantu orangtua untuk memberi pakan pada ayam yang diternakkan, karena orangtua Rizal berprofesi sebagai peternak ayam.
Lama-lama ternyata hasilnya menggiurkan, hingga Rozal fokus menggelutinya.
Warga Desa Wonosari ini melakukan budidaya ulat maggot yang merupakan larva dari Black Soldier Fly (BSF) atau lalat hitam.
Rizal tergolong baru memulai usaha maggot ini, pengakuannya baru pada akhir tahun 2021 lalu dirinya fokus membudidayakan maggot sebagai bisnis.
Hal itu diungkapkan Rizal saat Tribunpekanbaru.com mengunjungi rumahnya.
Kandang budidaya dibuatnya tepat berada di samping rumah.
Sebelah kanan rumahnya dibuatkan kadang khusus lalat BSF yang merupakan jenis lalat hitam.
Kandang tersebut terbuat dari kayu ditutup dengan jaring waring hitam berukuran tidak begitu besar.
Sementara disebelah kirinya dibuatkan kandang kandang ulat maggot yang sudah menetas.
Tribunpekanbaru.com sempat melihat langsung kadang ulat maggot ini, susunan rak diatur begitu rapi, dipisahkan sesuai usia hingga yang akan dipanen.
Bau busuk sisa sampah organik sangat tercium saat masuk kandang ulat tersebut.
Karena sumber makanan ulat ini berasal dari sampah sampah ini.
Bagi yang tidak tahan bisa mual dibuatnya, tetapi berbeda dengan Rizal yang sudah biasa, tanpa menggunakan masker dia terlihat santai menunjukkan maggot ternaknya.
"Sudah biasa, jadi tidak terlalu busuk juga baunya bagi kami sudah biasa. Awal mulai usaha dulu memang sempat geli beberapa minggu, kalau sekarang tidak lagi," ucap Rizal mengawali cerita.
Menurut dia, budidaya maggot ini bermula saat dirinya mencoba coba saja pada saat kondisi pandemi Covid-19.
Orangtuanya memang peternak ayam, dirinya saat mendapat tontonan dari Youtube tentang maggot yang sangat bagus untuk protein ternak.
"Itulah awalnya saya mau coba untuk ternak memenuhi pakan ayam orangtua. Daripada beli jagung lebih baik pakai maggot proteinnya lebih tinggi sekitar 35 persen dari jagung dan bisa diternak," terangnya.
Budidaya ini dilakukakannya dari awal tahun 2021 lalu.
Kemudian melihat potensi bisnis cukup menjanjikan, akhir tahun lalu Rizal memfokuskan budidaya ini menjadi sumber penghasilan.
Peluang usaha tersebut diketahui saat warga sekitar mengetahui Rizal memelihara maggot.
"Awalnya warga sekitar datang mau beli untuk pakan lele mereka. Kami jual juga tapi tidak banyak, setelah itu ramai yang datang menanyakan," ucapnya.
Sebelumnya, hanya sekitar 5 kilogram saja yang bisa dihasilkan sekali panen.
Karena hanya untuk kebutuhan sendiri, dengan masa panen tiga hari sekali.
"Kalau sekarang kita bisa menghasilkan 40 kilogram maggot dalam dua hari dengan kandang yang ada," ujarnya.
"Penjualan juga mudah pembeli yang datang ke sini mencari, dan rata mereka peternak seperti ternak ikan dan lainnya," lanjutnya.
"Dengan maggot ini peternak seperti budidaya lele bisa menghemat biaya pakannya. Satu persatu mereka datang ke sini," imbuhnya.
Dalam sehari bisa menjual sebanyak 15 kilogram dengan omset seratus ribu lebih per harinya.
Dalam sebulan bisa lebih di atas Rp 3 juta keuntungan yang didapat.
Proses budidayanya cukup mudah, lalat indukan maggot ini bertelur setiap harinya.
Telur ini nanti akan menetas sendirinya, usia lima hari setelah menetas maggot ini dipindahkan ke open pembesaran.
"Sejauh ini semuanya kita lakukan sendiri dengan mudah, hanya saja pakannya saja yang harus dicari sendiri," urainya.
"Pakannya dari sampah organik dari sayuran busuk dan buah-buahan busuk kita cari sendiri di pasar tanpa membeli," terangnya.
Untuk mendapatkannya harus datang ke pasar lebih awal, kalau pagi Rizal harus datang subuh ke pasar.
Karena kalau terlambat bisa kedahuluan dari pemulung lain ataupun petugas kebersihan.
Menurut dia, untuk memulai usaha ini awalnya tidak banyak, awal memulai usahanya saya Rizal hanya bermodal sekitar Rp 300 ribuan saja membuat kandang kecil dan membeli indukan lalatnya.
"Dari jualan awal kemarin kita besarkan terus kandangnya, kalau sebesar ini saja kita sudah habiskan modal sekitar Rp 8 juta. Kita akan terus kembangkan," ucapnya.
Rizal sendiri menargetkan dengan berjalannya waktu dalam mengembangkan maggot ini bisa menghasilkan maggot perharinya sekitar 200 kilogram.
Sehingga penjualan perharinya juga bisa lebih banyak dan omzet meningkat.
"Kalau kita lihat kebutuhan masyarakat untuk maggot ini cukup besar. Setiap hari ada saja pembeli baru yang datang ke kita menanyakan maggot ini, " ujar Rizal.
Kebanyakan adalah peternak ikan, karena dengan menggunakan maggot bisa memangkas biaya pakan cukup besar.
( Tribunpekanbaru.com / Muhammad Natsir )
