Si 'Badut Bodoh' Mundur, Ungkapan Gembira Pejabat Rusia Rayakan Kejatuhan PM Inggris Boris Johnson
Akhirnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengundurkan diri dari jabatannya efek dari 44 jabat mengundurkan diri, Rusia rayakan jatuhnya Boris
TRIBUNPEKANBARU.COM - Mundurnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris, membuat banyak pihak gembira, terutama Rusia.
Boris Johnson resmi memgundurkan diri pada hari (7/7/2022) kemarin.
Langkah yang diambil Boris Johnson ini, efek dari para pejabat dan menterinya yang juga sudah mengundurkan diri pada sebelumnya Rabu (6/7/2022).
Total 44 pejabat yang mengambil langkah mengundurkan diri dari tugas negara karena serangkaian skandal.
Rusia sangat menyambut baik mundurnya sanga pedana menteri Inggris itu.
Tak tanggung-tanggung, politisi Rusia sampai merayakan kejatuhan Boris Johnson tersebut.
'Badut Bodoh' begitu mereka menyebut Boris Johnson.
Bagi Rusia, jatuhnya Boris Johnson dari kuris Perdana Menteri negara kerajaan itu, sebagai ganjaran dan hukuman karena Inggris sudah mempersenjatai Ukraina dalam melawan Rusia.
Bahkan, semua pejabat negara Rusia sama sekali tak suka sama keberadaan Boris Johnson itu.
"Dia tidak menyukai kita, kita juga tidak menyukainya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sesaat sebelum Johnson berdiri di Downing Street untuk mengumumkan pengunduran dirinya.
Dalam pidatonya yang mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif tetapi berencana untuk tetap sebagai perdana menteri sampai penggantinya dipilih.
Johnson berbicara kepada rakyat Ukraina, berjanji bahwa Inggris akan "terus mendukung perjuangan Anda untuk kebebasan selama itu diamblil".
Sebelumnya, Johnson, yang baru-baru ini mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa dia ingin tetap berkuasa lebih lama daripada Margaret Thatcher (musuh tetap mantan Uni Soviet yang menjabat sebagai perdana menteri Inggris dari 1979 hingga 1990).
Sementara Taipan Rusia, Oleg Deripaska, mengatakan kepada Telegram, bahwa itu adalah "akhir yang memalukan" untuk "badut bodoh" yang hati nuraninya akan dirusak oleh "puluhan ribu nyawa dalam konflik tidak masuk akal di Ukraina ini".
"Badut itu telah pergi," kata Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Rusia.
