Duta Besar China: Beijing Janji Akan Didik Ulang Oang Taiwan Setelah Dianeksasi
Duta Besar mengatakan kampanye pendidikan ulang akan berlangsung damai dan tidak di bawah ancaman.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Duta Besar China untuk Prancis Lu Shaye pada Rabu (3/8/2022) mengklaim bahwa Beijing akan memberlakukan pendidikan ulang masyarakat Taiwan setelah mencaploknya.
Pernyataan dubes itu pun menuai kritik internasional, termasuk kecaman oleh aktivis Uyghur.
Selama wawancara dengan stasiun Prancis BFMTV untuk membahas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, Lu menggambarkan perjalanannya sebagai provokasi.
Mengacu pada keengganan Taiwan untuk dianeksasi China, Lu berkata bahwa sepuluh tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu, mayoritas penduduk Taiwan sepakat untuk reunifikasi.
Tetapi kini Taiwan malah menentangnya.
"Mengapa sekarang, mereka menentangnya? Itu karena Partai Progresif Demokratik telah menyebarkan banyak propaganda anti-China." kata Lu.
Namun, menurut Pusat Studi Pemilihan di Universitas Nasional Chengchi, tidak pernah ada mayoritas orang Taiwan yang mendukung unifikasi sejak jajak pendapat dimulai pada tahun 1994.
Dilansir dari Taiwan News, Lu kemudian mengatakan kemungkinan invasi militer ke Taiwan masih ada, tetapi menambahkan serangan itu tidak akan melawan penduduk Taiwan.
"Setelah reunifikasi, kami akan melakukan pendidikan ulang." kata Lu.
Duta Besar mengatakan kampanye pendidikan ulang akan berlangsung damai dan tidak di bawah ancaman.
Dia kemudian mencoba meyakinkan orang Taiwan bahwa itu tidak akan berbentuk pendidikan massal.
Nathalie Loiseau, ketua Subkomite Keamanan dan Pertahanan Parlemen Eropa, pada Kamis (4 Agustus) mentweet bahwa mereka yang menentang perjalanan Pelosi ke Taiwan harus menyimpan kemarahan mereka atas pernyataan skandal duta besar China, yang menjanjikan reunifikasi Taiwan bertentangan dengan keinginan penduduknya dan kemudian pendidikan ulang' mereka.
Guy Verhofstadt, mantan perdana menteri Belgia, juga menanggapi itu di Twitter.
Verhofstadt mengatakan, hal itu adalah bentuk Kediktatoran China yang tidak dapat menerima atau bahkan membayangkan orang ingin hidup dalam kebebasan.
"Sebaliknya mereka ingin'mendidik ulang, kata lain untuk penindasan dan propaganda. Berhati-hatilah, Taiwan, Ukraina, Eropa " tulisnya.
