Jembatan Penghubung Krimea-Rusia Meledak, Vladimir Putin Kerahkan Penyelam Lakukan Investigasi
Jembatan dan rel kereta penghubung Rusia ke Krimea putus akibat ledakan besar yang terjadi di jembatan itu.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Jembatan dan rel kereta penghubung Rusia ke Krimea putus akibat ledakan besar yang terjadi di jembatan itu.
Ukraina menolak berrtanggung jawab, sebaliknya juga demikian Rusia.
Kini penyelam Rusia sedang bersiap untuk memeriksa kerusakan yang disebabkan oleh ledakan besar di jembatan jalan dan rel Rusia ke Krimea.
Jembatan ini merupakan jalur pasokan utama untuk wilayah yang dicaplok serta angkatan bersenjata Moskow di Ukraina selatan.
Ledakan hari Sabtu di jembatan di atas Selat Kerch, yang tidak segera disalahkan oleh Rusia, memicu pesan gembira dari pejabat Ukraina tetapi tidak ada klaim tanggung jawab.
Diberitakan Aljazeera, Kantor berita Rusia mengutip Wakil Perdana Menteri Marat Khusnullin yang mengatakan para penyelam akan mulai bekerja pada pukul 6 pagi (03:00 GMT), dengan survei yang lebih rinci di atas permukaan air diharapkan akan selesai pada akhir hari.
“Situasinya dapat dikelola tidak menyenangkan, tetapi tidak fatal,” kata Gubernur Krimea Rusia, Sergei Aksyonov, kepada wartawan.
"Tentu saja, emosi telah dipicu dan ada keinginan yang sehat untuk membalas dendam," lanjutnya..
Semenanjung itu memiliki bahan bakar untuk sebulan dan makanan untuk dua bulan, katanya.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya di Ukraina selatan dapat dipasok sepenuhnya melalui jalur darat dan laut yang ada.
Rusia merebut Krimea dari Ukraina pada tahun 2014 sebuah langkah yang dikecam sebagai ilegal dan tidak sah oleh kekuatan Barat.
Presiden Rusia, Vladimir Putin membuka jembatan sepanjang 19 km (12 mil) yang menghubungkan wilayah itu dengan Rusia dengan meriah empat tahun kemudian.
Jembatan itu adalah arteri penting bagi pasukan Rusia yang menguasai sebagian besar wilayah Kherson di selatan Ukraina dan untuk pelabuhan angkatan laut Rusia Sevastopol, yang gubernurnya mengatakan kepada penduduk setempat, “Tetap tenang. Jangan panik."
Belum jelas apakah ledakan itu merupakan serangan yang disengaja, tetapi ledakan itu terjadi ketika Ukraina terus merebut kembali wilayahnya dalam serangan balasan yang telah menempatkan pasukan Rusia di bawah tekanan berat.
Institute for the Study of War mengatakan pertempuran sengit terjadi di timur, di mana Ukraina telah membebaskan wilayahnya sejak awal September, dan juga di selatan, di mana pasukan Ukraina membuat kemajuan ke daerah-daerah yang diduduki Rusia.

 
			
 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											