Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Banjir di Sumbar

PEMILIK Pemandian Lembah Anai Kisahkan Detik-Detik Galodo di Sumbar: Usaha Rp 2 Miliar Hancur Lebur

Awalnya Kayo tidak mau bercerita soal kejadian banjir bandang yang menghabisi tempat usahanya itu karena masih trauma.

|
KOMPAS.COM/PERDANA PUTRA
Asrinal, pemilik pemandian Mato Aia si Lembah Anai, Tanah Datar di puing-puing tempat usahanya, Selasa (14/5/2023) 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Peristiwa banjir di Sumbar menyisakan duka bagi warga terdampak.

Salah satunya, Asrinal Kayo(48) pemilik pemandian atau kolam renang anak-anak Mato Aia di Lembah Anai, Tanah Datar, Sumatera Barat.

Dia tak mengira bencana itu terjadi begitu cepat menghantam tempat usaha yang sudah dirintis sejak tahun 2000.

Saat menyaksikan puing-puing akibat galodo, pria paruh baya itu terlihat bermenung.

Matanya menatap ke dasar sungai Lembah Anai yang airnya meluap karena banjir bandang, Sabtu (11/5/2024) malam.

Terlihat dua ekskavator hijau sedang bekerja mengangkat batu untuk perbaikan jalan di dasar sungai.

Di tengah sungai, terlihat ekskavator lain berwarna kuning terguling dikelilingi kayu-kayu bekas banjir bandang.

Baca juga: UPDATE Perbaikan Jalan di Silaiang Akibat Banjir Galodo Sumbar: Estimasi Waktu 14 Hari

Tidak jauh dari situ, sebuh musala juga terdampak banjir bandang.

Musala itu juga dikelilingi kayu-kayu bekas banjir bandang.

Ada sebuah mini bus merah di depannya. Mobil itu terlihat sudah penyok karena hantaman banjir dan material lainnya.

Awalnya Kayo tidak mau bercerita soal kejadian banjir bandang yang menghabisi tempat usahanya itu karena masih trauma.

Namun setelah dibujuk, akhirnya Kayo mau juga bercerita.

Kayo menceritakan saat kejadian Sabtu (11/5/2024) malam itu dirinya awalnya tertidur.

Namun sekitar pukul 22.30 WIB dibangunkan anaknya karena air sungai sudah naik.

Baca juga: Viral Suara Minta Tolong saat Banjir Bandang Galodo Sumbar Akhir Pekan Lalu, Ternyata. . .

"Anak saya saat itu hendak ke WC yang ada di dekat sungai, tapi dia terkejut karena air sudah naik," kata Kayo kepada Kompas.com, Selasa (14/5/2024).

Setelah itu, kata Kayo, anaknya membangunkan dirinya dan kemudian langsung melihat ke arah sungai.

Menurut Kayo, air sudah tinggi dan mencapai kamar mandi.

Kayo kemudian berinisiatif menyuruh anaknya agar menyelamatkan diri dengan naik ke atas bukit.

Kayo kemudian ikut membawa sepeda motornya ke atas bukit. Hanya itu satu-satunya harta yang bisa diselamatkan.

"Tidak berapa lama, saya melihat air hitam bercampur kekuning-kuningan datang melanda tempat pemandian saya," kata Kayo.

Perasaan takut bercampur sedih bercampur aduk. Takut karena air tambah tinggi dan menyeretnya dan anaknya yang sudah berada di atas bukit.

Lalu, sedih karena tempat usaha yang dirintisnya sejak 2000 itu hancur seketika oleh air bandang itu..

Baca juga: SOSOK Bocah Depresi Usai HP Hasil Tabungan Sendiri Dijual Orangtua: Dulu Rajin, Kini Doyan Ngamuk

"Saya melihat air hitam deras yang disertai kayu-kayu besar menghantam tempat usaha saya," kata Kayo sambil menitikkan air mata.

Sebelum air menghantam tempat usahanya terdengar suara gemuruh air bercampur dengan suara beradunya batu-batu.

"Tak ada yang tersisa, kecuali motor yang saya selamatkan. Televisi, lemari yang berisikan uang sekitar Rp 25 juta hanyut dibawa air," kata Kayo.

Setelah air besar itu susut, kata Kayo, giliran badan jalan yang ambruk sehingga membuat dirinya tambah takut.

"Sekitar setengah jam dari air besar itu, giliran jalan yang ambruk. Berbunyi cukup keras. Saya takut nanti menjalar hingga ke tempat saya berdiri di atas bukit," kata ayah dua anak itu.

Menurut Kayo, setelah kejadian dirinya tidak bisa mengapa-apa. Tetap berada di atas bukit di depan tempat usahanya itu.

"Mau lari kemana? Kalau ke bawah air masih tinggi. Di bawah lokasinya memang lebih rendah. Kalau ke atas, jalan terban. Jadi ya terkepung di atas bukit saja," jelas Kayo.

Setelah air susut, Kayo kemudian baru turun dari atas bukit dan memeriksa tempat usahanya.

"Memang tidak ada yang tersisa. Semuanya hanyut. Tempat pemandian saya tidak ada lagi," kata Kayo.

Modal Rp 2 miliar

Kayo mengaku tempat pemandiannya itu dibuat tahun 2000. Saat itu masih kecil.

Namun dengan menabung dari hasil usahanya itu, Kayo kemudian secara bertahap mengembangkannya.

"Kalau saya total ada sekitar Rp 2 miliar modal saya membuat pemandian itu dari 24 tahun lalu hingga sekarang," ujar Kayo.

Kayo mengaku sejak satu tahun terakhir, pemasukan dari pemandiannya itu mencapai Rp 25 juta perbulan.

"Hasil itu belum termasuk dengan retribusi ke pemerintahan nagari atau desa," kata Kayo.

Menurut Kayo, sekarang dirinya tak lagi punya apa-apa karena habis dihanyutkan banjir bandang.

"Tabungan tak ada karena sudah habis untuk mengembangkan usaha. Baju semuanya hanyut. Sekarang saya berharap bantuan," tuntasnya.

(TRIBUNPEKANBARU.COM)

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-for-outstream'); });
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved