Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Banjir di Sumbar

Kisah Nelisma Selamat Saat Galodo Sumbar, 2 Jam Pegang Terali Jendela Rumah, Istighfar Terus

Nelisma berupaya bertahan dengan memegang terali jendela rumah hingga 2 jam lamanya saat banjir bandang atau galodo Sumbar menerjang.

Penulis: Rizky Armanda | Editor: M Iqbal
TribunPadang.com/Arif RK
Bongkahan kayu akibat banjir bandang berjejer di Simpang Manunggal, Nagari Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Tanah Datar, Senin (13/5/2024). 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Peristiwa kelam banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) malam lalu, masih lekat diingatan Nelisma (62). Betapa tidak, ia nyaris saja ikut tersapu terjangan galodo.

Terali jendela rumah satu-satunya yang bisa digapai Nelisma saat hantaman air bah datang. Ia berupaya bertahan dengan berpegangan pada terali besi tersebut hingga 2 jam lamanya. Nyawa Nelisma akhirnya selamat.

Nelisma merupakan warga Simpang Manunggal di Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Saat galodo datang, ia sedang berada berkumpul dalam kamar rumah bersama beberapa anggota keluarga lainnya.

Sekitar pukul 22.00 WIB, kesunyian malam tiba-tiba pecah. Terdengar gemuruh dari arah sungai yang berjarak sekitar 20 meter dari rumah. 

Tak pernah ia mendengar suara itu sebelumnya. Penasaran, ia bersama anak dan cucunya keluar rumah untuk menengok apa yang terjadi.

Baca juga: Kisah Keluarga Hafiz Quran Selamat dari Banjir Bandang di Sumbar, Galodo Seakan Terbelah Lewat Rumah

"Ternyata air sudah sampai di jalan. Kami masuk ke kamar lagi berkumpul 6 orang. Jadi berkumpul di kamar. Umi (berusia 101 tahun) di kamar sebelah. Tidak lama air tambah tinggi. Dari arah belakang, air datang menghanyutkan batang kayu besar. Dihantamnya dinding kamar. Air besar," kata Nelisma saat bercerita lewat sambungan telepon.

Ia melihat di depan mata kepalanya, air menyapu apa saja yang dilalui. Kasur spring bed terbalik. Anak dan cucunya ikut hanyut terbawa.

"Semua hilang sekejap. Saya bergantung di terali jendela. 2 jam saya bergantung. Saya beristighfar terus. Kalau memang nasib saya sama dengan anak dan cucu, lepaslah pegangan tangan ini. Tangan saya sudah menggigil," ujarnya.

Setelah dirasa reda, air mulai surut dan menyisakan lumpur serta material bebatuan dan batang pohon. Saat itu, waktu sudah masuk tengah malam.

Ketika itu, sejumlah anggota keluarga yang lain berdatangan membantu mencari anggota keluarga yang hanyut disapu galodo. Antara lain Umi Raisa (101), Dantia (32), Nadifa (14), Najwa (13), dan Gavin (5).

Anggota keluarga hilang pertama yang berhasil ditemukan, adalah Dantia (32). Kemudian Nadifa (13) Najwa (13) di daerah Tanjung Emas dan Sijunjung. Dua korban lagi, sedang dicari.

Di rumah dipaparkan Nelisma, ada anggota keluarga lainnya. Dia adalah Awizal, suami Nelisma, yang berhasil melarikan diri ke tempat tinggi. Kemudian Bunga dan Angle yang terdampar di sawah.

Nelisma menyebut, akibat kejadian itu, beberapa anggota tubuhnya mengalami sakit. Seperti punggung dan lutut yang bengkak. Ia sempat dibawa ke puskesmas untuk menjalani pengobatan.

Nelisma mengaku trauma atas kejadian tersebut. Ia kini tinggal di rumah anaknya yang juga masih berada di Kecamatan Lima Kaum.

Baca juga: Sebuah Pertanda, Puisi Bocah SD Korban Banjir Bandang di Sumbar Ini Dibuat 3 Hari Sebelum Kejadian

Galodo semacam ini, menurut Nelisma, bukan kali pertama terjadi. Tapi, ini merupakan yang terbesar.

"Biasanya kalau air besar, kami lari ke masjid seberang jalan. Melihat ke sungai. Kalau sekarang, kita keluar rumah saja air sudah di jalan," terangnya.

(tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved