Emak-Emak, Katalisator Andal dalam Menghemat Energi
kebijakan efisiensi energi dinilai lebih efektif dibandingkan membangun sumber energi baru terbarukan yang menelan biaya investasi cukup besar.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
"Oh jadi label bintang di AC ini penanda kalau sudah hemat energi ya. Kalau lima bintangnya berarti lebih hemat gitu. Baru tau saya. Sebaiknya yang begini disosialisasikan lebih gencar lagi, karena informasi ini penting terutama untuk Ibu Rumah Tangga yang mengelola pengeluaran keluarga," ungkap Sofia yang tagihan listrik setiap bulannya mencapai Rp 500 ribu.
Label tersebut, katanya juga penting sebagai penyeimbang informasi saat marketing menjelaskan produk yang ditawarkan.

Meski Sofia tidak menjadikan SKEM dan LTHE dalam keputusan membeli produk elektronik, namun dia sadar akan pentingnya efisiensi dan bahkan telah mempraktikkannya.
Perilaku hemat energi yang diterapkan oleh Sofia juga banyak diterapkan Ibu-Ibu di Pekanbaru. Hal tersebut tercermin dari hasil survei yang dilakukan tribunpekanbaru.com melalui form online yang disebar kepada 40 responden dari kalangan ibu-ibu, baik yang bekerja maupun sebagai ibu rumah tangga.
Salah satu kebiasaan yang ditanyakan ialah mematikan lampu yang tidak digunakan. Sebanyak 67,5 persen responden melakukannya setiap hari. Diikuti kebiasaan mencabut colokan yang tidak digunakan sebesar 57,5 persen.
Sementara Rolanda Tobing, Ibu Rumah Tangga yang tinggal di Jalan Dharma Bakti sudah mengetahui pelabelan SKEM dan LTHE. Ia mendapat pengetahuan itu saat membeli AC.
“Tahun lalu itu, saya membeli AC kedua kalinya untuk dipasang di kamar anak. Hal utama yang saya cari adalah harga dan daya listriknya. Nah, saat itu salah satu marketingnya menjelaskan kalau AC yang Ia jual sudah mengantongi bintang empat yang artinya sudah hemat energi,” akunya.
Berawal dari penjelasan itu, Rolanda memutuskan untuk membeli AC ½ PK bintang empat dengan harga yang paling terjangkau. Ditanyakan kelengkapan fitur, baginya bukan menjadi pertimbangan.
“Karena kan AC ini di kamar anak. Pemakaiannya paling di malam hari aja karena pagi sampai sore mereka beraktivitas di luar. Jadi tak perlu yang canggih kali lah, yang penting hemat energi dan sesuai dengan daya di rumah,” tuntasnya.
Marketing salah satu toko elektronik di Jalan HR Soebrantas, Muryani mengaku belum banyak konsumen yang mengetahui tentang SKEM dan LTHE. Dari 10 konsumen, katanya, mungkin hanya 2 konsumen yang memahami tujuan pelabelan tersebut.
"Kalau untuk AC, umumnya yang pertama ditanyakan konsumen adalah daya dan harga, lalu diikuti brand serta fitur," ulas Dia.
Muryani menuturkan tingkat pembelian AC di Kota Pekanbaru cukup tinggi. Sepanjang tahun ini rata-rata 15 unit AC terjual setiap harinya.
"Ini baru di toko kita, belum lagi toko elektronik lainnya. Sepertinya memang masyarakat Pekanbaru sangat membutuhkan AC seiring meningkatnya suhu di sini," tandasnya.
Senada dengan Muryani, Pemilik Usaha ZZ Servis AC Febri mengatakan ada peningkatan permintaan membersihkan AC dua tahun belakangan di Kota Pekanbaru. Jika sebelumnya rata-rata ada 5 permintaan, kini Ia menerima 8 permintaan setiap harinya.
Menurutnya, peningkatan itu merepresentasikan bahwa kesadaran masyarakat tentang penggunaan AC yang sering akan membuat perangkatnya cepat kotor. Imbasnya, daya yang dibutuhkan juga meningkat.
HEBOH, Bidan Jual Bayi di Kosan, Ada yang Dijual Rp 10 Juta jika yang Mengandung Orang Susah |
![]() |
---|
PEJABAT Publik tak Boleh Asal-asalan Gunakan Sirene di Jalan Raya, Ingat Sudah Diberi Surat Edaran |
![]() |
---|
Tak Jadi Jabat Menko Polkam, Inilah Tugas Baru Mahfud MD dari Presiden Prabowo Subianto |
![]() |
---|
Modal Belajar di Internet, Cewek Tamatan SMA Nyamar jadi Dokter, Nipu Orang hingga Setengah Miliar |
![]() |
---|
Terungkap Fakta Baru, Kacab Bank BUMN Ilham Pradipta Ternyata Bukan Target Utama Pembunuhan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.