Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pilkada Jakarta

Anies Baswedan Terlanjur Pakai Baju Merah , Malah yang Melenggang Duet Pramono Anung-Rano Karno

Entah bagaimana nasib Anies Baswedan di Pilkada Jakarta . Namanya justru menghilang setelah duet Pramono-Rano Karno yang muncul ke permukaan

Editor: Budi Rahmat
tangkap layar Kompas.com / ist
Rano karno dan Anies Baswedan 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Duet Pramono Anung - Rano Karno melenggal untuk calon Gubernur Jakarta pada Pilkada 2024 ini .

Anies Baswedan sendiri telah terlanjur mengenakan kostum merah sebagai bentuk ia masuk ke PDI Perjaungan .

Nah , sementara itu , untuk Pilgub DKI Jakarta ternyata tidak diumumkan oleh Megawati sebagaimana Pilkada di daerah lainnya .

Inilah yang menjadi menarik . Mengingta pendekatan yang dilakukan Anies Baswedan yang sudah rapat .

Namanya disebut bakal diduetkan dengan Rano Karno. Namun , belakangan , justru yang tampil adalah duet Pramono Anung - Rano Karno .

Lantas , bagaimana Anies Baswedang bersikap?

Seperti diketahui , Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) belum mengumumkan bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung di Pilkada Jakarta 2024.

Sebelumnya, isu berhembus bahwa PDI-P akan mengumumkan Anies Baswedan sebagai sosok yang akan diusung sebagai calon gubernur Jakarta pada Senin (26/8/2024) kemarin.

Hanya saja, pada Senin kemarin, tidak ada pengumuman untuk Pilkada Jakarta, lebih-lebih Anies Baswedan.

Meski diketahui, Anies sempat berkunjung ke markas pusat partai banteng moncong putih di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, di hari yang sama. Anies juga sudah berkostum "merah" saat itu.

Baca juga: Megawati Berpidato Satu Jam tetapi Tak Umumkan Nama Anies Baswedan untuk Bacagub Jakarta

Lantas apa yang sebenarnya terjadi sehingga Anies belum jadi diusung oleh PDI-P di Pilkada Jakarta? Apakah peluang Anies diusung oleh PDI-P sudah tertutup?

Anies berkostum merah

Sejak Senin pagi, kabar soal calon gubernur yang hendak diusung PDI-P mengerucut kepada dua orang, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan.

Namun, nama Anies Baswedan tentu lebih menarik perhatian karena statusnya yang bukan kader PDI-P dan telah bertemu dengan pengurus DPD PDI-P Jakarta pada akhir pekan lalu.

Ketua DPP PDI-P Said Abdullah pun tidak membantah maupun membenarkan ketika ditanya soal kabar yang mennyebut Anies bakal diusung oleh PDI-P berpasangan dengan mantan Gubernur Banten Rano Karno.

"Insya Allah," kata Said Abdullah.

Anies pun tidak ketinggalan melempar sinyal bahwa ia bakal diusung PDI-P.

Timnya menyebarkan keterangan pers bahwa Anies telah berpamitan kepada ibundanya, Aliyah Rasyid Baswedan seakan hendak pergi meminta restu untuk bertugas.

Berdasarkan foto yang dirilis, Anies mengenakan kemeja batik tenun merah, warna yang identik dengan PDI-P, saat berpamitan dengan sang ibu.

"Anies berangkat dulu ya, mohon doa restunya semoga dilancarkan hari ini,” kata Anies dalam keterangannya, Senin.

“Insya Allah Anies dimudahkan dalam mengemban amanah apapun, semoga selalu diiringi dan diberikan pertolongan Allah SWT,” tutur Aliyah pada Anies.

Pilkada Jakarta tak diumumkan

Pada Senin siang, Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto mengumumkan sejumlah calon kepala daerah yang diusung pada Pilkada 2024, tetapi calon gubernur Jakarta tidak masuk dalam daftar.

Padahal, Anies dan Rano disebut-sebut sudah tiba di Kantor DPP PDI-P untuk mengikuti acara pengumuman calon kepala daerah.

Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat mengakui bahwa Anies sempat berkunjung ke Kantor DPP PDI-P, pada Senin.

Menurut dia, Anies dan Rano bertemu untuk membahas soal Jakarta ke depan.

"PDI Perjuangan itu selalu membangun komunikasi dan dialog. Memang Pak Anies tadi kita lihat sempat datang, di gedung B ketemu sama si Doel, Bang Rano, betul enggak?" ucap Djarot di Kantor DPP PDI-P, Senin sore.

Djarot menilai wajar Anies dan Rano saling berdikusi karena keduanya sama-sama berstatus sebagai mantan kepala daerah, yakni mantan gubernur Jakarta dan Banten.

"Jadi, dalam rangka untuk silaturahmi, untuk membicarakan sebetulnya DKI ke depan itu seperti apa, tukar menukar pengalaman," kata dia.

Djarot menyebutkan, nasib Anies diusung atau tidak diusung oleh PDI-P akan terjawab dalam 1-2 hari ke depan.

Ia pun menekankan bahwa keputusan itu berada di tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

"Satu dua hari, pasti ketua umum akan menyampaikan siapa yang nanti akan dicalonkan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur. Yang paling penting kan itu ya, jadi tunggu saja satu dua hari," ujar Djarot.

Duet Pramono Anung-Rano Karno

Ketika nama Anies urung diumumkan sebagai calon gubernur Jakartapada Senin kemarin, muncul kabar bahwa PDI-P bakal mencalonkan Pramono Anung-Rano Karno untuk Pilkada Jakarta.

Bendahara Umum PDI-P Olly Dondokambey menyebutkan bahwa Pramono yang kini menjabat sebagai sekretaris kabinet akan menggeser posisi Anies sebagai calon gubernur Jakarta.

"Iya (PDI-P mengusung Pramono-Rano)," kata Olly kepada Kompas.com.

Djarot pun mengakui bahwa duet Pramono-Rano merupakan salah satu aspirasi yang muncul dari kader partai.

"Iya (nama Pramono muncul). Karena itu juga ada aspirasi juga dari bawah. Gitu lho ya. Harus disebutkan, ya," kata Djarot.

Namun, ia kembali menekankan bahwa keputusan soal siapa yang diusung PDI-P pada Pilkada Jakarta adalah hak prerogatif Megawati selaku ketua umum.

Melihat situasi tersebut, pengamat politik Dedi Kurnia Syah berpandangan bahwa potensi PDI-P batal mengusung Anies terbuka.

Menurut dia, salah satu pertimbangan yang dapat membuat PDI-P urung mengusung Anies adalah soal pembiayaan dan dukungan logistik untuk pencalonan Anies.

"Sebagai tokoh independen yang bukan perkara mudah memutuskan mengusung Anies, terlebih PDI-P juga sendirian dalam pengusungan, artinya mereka sangat mungkin menimbang kesiapan pembiayaan dan dukungan logistik untuk Anies," ungkap Dedi kepada Kompas.com, Selasa (27/8/2024).

Dedi menyebutkan, persoalan logistik bukan kali pertama menimpa Anies ketika hendak berkontestasi pada pilkada.

Selain soal logistik, Dedi juga memandang PDI-P perlu memperhitungkan potensi perlawanan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.

"Ini bukan soal mahar politik, tapi soal kesiapan lakukan perlawanan dengan KIM Plus yang terlanjur dominan," ujar dia.

Namun, ia menekankan, dinamika pencalonan pilkada dapat berubah, Anies bisa saja maju Pilkada Jakarta tanpa harus diusung lewat PDI-P.

Hal itu dapat terjadi jika, misalnya, ada satu partai politik anggota KIM Plus yang membelot batal mengusung Ridwan Kamil-Suswono dan berbalik mendukung Anies.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved