Menjaga Rantai Pasok Biomassa: Petani Sagu di Pulau Terluar Meranti Antusias Menanti Program PERTIWI

Mamit Setiawan mengatakan limbah sagu di Kabupaten Meranti bisa menghasilkan dua jenis biomassa yakni serbuk dari ampasnya dan chip

TRIBUNPEKANBARU.COM
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2023 terhitung luas perkebunan sagu di Kepulauan Meranti mencapai 40,39 ribu hektare dengan total produksinya sebanyak 266 ribu ton. 

Sebab, katanya menjelaskan, hingga saat sekarang ini belum ada keseriusan dari pihak manapun untuk mengolah limbah sagu di Meranti.

Limbah sagu pada umumnya dibuang ke sungai dan laut sehingga mencemari lingkungan.

“Limbah sagu ini sudah seharusnya segera ditangani. Pasalnya, berdasarkan catatan saya, dalam setiap produksi 100 tual sagu menghasilkan limbah lebih kurang 2 ton. Kalaulah di Meranti ini yang memproduksi satu hari 10 ribu tual, berapa ton limbah yang dibuang. Ini tentu menjadi ancaman bagi habitat yang ada di laut,” jelasnya kepada tribunpekanbaru.com, Rabu (30/10/2024).

Padahal menurut Abdul Manan, limbah sagu bisa diolah menjadi berbagai macam kebutuhan.

Seperti pakan ternak, briket dan pupuk. Namun tentunya hal tersebut membutuhkan investasi yang besar.

Kilang Sagu di Meranti Tidak Punya Water Meter, Pembayaran PAP Disinyalir Tidak Sesuai
Kilang Sagu di Meranti Tidak Punya Water Meter, Pembayaran PAP Disinyalir Tidak Sesuai (TRIBUNPEKANBARU/teddy)

Oleh sebab itu, Ia berharap program PLN yang memanfaatkan limbah sagu sebagai biomassa PLTU bisa terealisasi segera karena membawa dampak ekonomi bagi masyarakat.

“Lapangan pekerjaan baru akan bertambah, harga tual sagu semakin kompetitif sehingga kesejahteraan petani pun meningkat. Dan yang paling penting, lingkungan kita terjaga dengan baik,” tuntasnya.

Sebagai informasi, Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan daerah termuda di Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia.

Berdasarkan catatan BPS, persentase penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Meranti cukup tinggi mencapai 22,98 persen.

Oleh karena itu, dengan pemaparan data di atas tadi, PLN EPI sudah seharusnya memulai program PERTIWI di pulau terluar tersebut. 

Apalagi Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara mengatakan sirkular ekonomi dari aktivitas ini memiliki skala ekonomi Rp 9,34 triliun dan memberdayakan 1,25 juta orang untuk 52 PLTU, dan 10 juta ton biomassa per tahun.

“Selain menciptakan ekonomi baru, penggunaan biomassa pada PLTU turut mengakselerasi target capaian nol emisi karbon (Net Zero Emission/NZE) pada tahun 2060. Penurunan emisinya adalah 11 juta ton per tahun,” jelas Dia dalam acara Lestari Summit 2024 di Jakarta, Rabu (21/8/2024) kemarin.

Adapun pada tahun 2024 ini, target serapan biomassa PLN EPI untuk menyukseskan program co-firing PLTU sebanyak 2,2 juta ton.

Sedangkan pada 2025 nanti, diproyeksikan akan mencapai 10 juta ton di mana limbah sagu menjadi bagian dari berbagai jenis biomassa.

(TRIBUNPEKANBARU.COM)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved