Wisata Bengkalis

Menikmati Pemandangan di Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Bengkalis, Masuk Hanya Rp 2.000

Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi, Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis terus dikembangkan untuk menarik wisatawan

Penulis: Rino Syahril | Editor: Theo Rizky
Istimewa
Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. 

Berkembangnya usaha kelompok nelayan itu, bantuan dari pemerintah desa pun datang dan mendorong daerah mangrove itu menjadi lokasi ekowisata di akhir tahun 2018.

"Sekarang taman mangrove yang kita usahakan dahulu sudah sepanjang 3 ratus meter, sudah kita bangunkan track dengan bantuan perusahaan. Track dibangun secara betahap hingga saat ini memiliki panjang sekitar 3 ratus meter, serta ada beberapa spot berfoto yang kita sediakan sekitaran track menyusuri mangrove," ucapnya.

Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi 3
Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.

Saat ini jumlah pohon mangrove yang sudah tertanam dan bisa dinikmati sebanyak 22.000 pohon.

Dengan jenis mangrove sebanyak tiga jenis, diantaranya bakau, Api Api dan Pedadah atau Kedabu.

"Masyarakat datang ke sini bisa menikmati pemandangan hutan mangrove dengan melintasi track yang sudah kita sediakan. Selain itu juga bisa membeli makanan olahan mangrove dan olahan hasil tangkapan nelayan seperti dodol kedabu, dodol tembatu, sirup kedabu, amplang lomek, kripik api api dan makanan lainnya yang diolah dari bahan yang ada di desa sini," ungkapnya.

Makanan ringan bisa dibeli warung warung masyarakat yang berjualan di depan pintu masuk tracking mangrove.

Mereka yang berjualan ini juga dibawah naugan kelompok nelayan Desa Pangkalan Jambi.

Kunjungan wisata dari luar desa Pangkalan Jambi perbulan mencapai sebanyak 7.000 kunjungan.

Kunjungan ke wisata ekowisata itu hanya dikenakan tiket Rp 2.000 tanpa biaya parkir.

"Jumlah kunjungan berdasarkan tiket yang terjual, belum lagi masyarakat sekitar desa Pangkalan Jambi yang setiap hari datang. Mereka sama sekali tidak kita pungut tiket, dibebaskan dari tiket untuk berkunjung ke sini," ujarnya.

Sebelum menjadi objek wisata baru Ekowisata Mangrove Desa Pangkalan Jambi ini sempat jadi buah bibir masyarakat ketika pertama kali kelompok nelayan menjadikan tempat ini sebagai ekowisata.

Tantangan yang dihadapi saat itu masyarakat sekitar takut tempat ini dijadikan tempat untuk perbuatan yang tidak baik oleh pengunjung.

"Sampai kepada kami informasi ini, lokasi ekowisata mangrove kami ini dibilang jadi tempat perbuatan tidak senonoh. Kami atasi dengan membangun secara swadaya mushola sekitaran tempat tersebut, mushola yang kami bangun cukup kecil karena dengan uang swadaya saja," kata Alpan.

Keberadaan musola inilah menjadikan masyarakat tidak lagi berfikiran negatif keberadaan ekowisata mangrove ini.

Masyarakat menyadari ekowisata yang dibagun kelompok nelayan ini bukan kegiatan yang tidak baik.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved