UMKM Siak
Kisah Penjual Rujak di Siak Temukan Batu Unik Pengulek Bumbu Kacang, Jualan Laris di Negeri Istana
Tidak jauh dari Istana Siak, sebuah warung dipagari bonsai menarik perhatian. Itulah Warung Rujak Uleg Abu Wahyu yang terkenal di Siak.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Tidak jauh dari Istana Siak, sebuah warung dipagari bonsai menarik perhatian. Meja dan kursi tersusun rapi di dalamnya.
Warung ini ramai disinggahi warga kota Siak Sri Indrapura, baik siang maupun malam hari. Rujak, itu yang paling dikejar warga kota Siak untuk datang ke warung ini.
Meskipun kadang diselingi menu lain, semacam bandrek, teh telor ayam kampung atau nasi goreng daku ala India.
Rujak Uleg Abu Wahyu. Itu merek warung ini. Tribunpekanbaru.com mencoba menelusuri warung ini, Selasa (18/2/2025).

Seorang pria paruh baya mengulek adonan kuah rujak di batu gilingan yang cukup besar. Kedua tangan pria itu tampak lihat memegang batu pengulek yang berbentuk sangat unik.
Nama pria yang sibuk mengulek kuah rujak itu Amin Syahri.
Ia mengenakan kemeja kotak-kotak lengan pendek dan kain sarung.
Ia tampak ramah melayani para pelanggan.
Rujak di warung Pak Amin, orang-orang memanggilnya, memang cukup terkenal di kota Siak.
Meskipun banyak menu lain yang dijualnya, tetapi rujak menjadi primadonanya.
“Kuah Rujak Uleg Abu Wahyu ini sangat terasa, campurannya pas, pedas dan pedas manis asam, dengan buah yang cukup beragam,” kata Dedy, pelanggan yang dijumpai di warung itu.
Dedy sering nongkrong di warung Rujak Uleg Abu Wahyu. Kadang sekadar nongkrong, kadang sambil menyelesaikan pekerjaan bersama teman-temannya.
“Hampir tiap malam kami memesan rujak, satu porsi untuk bersama. Kadang bungkus untuk istri di rumah, karena juga suka rujak,” kata Dedy.
Warung Rujak Uleg Abu Wahyu ini terletak di jalan Sultan Syarif Kasim, berjarak sekitar 500 meter dari kawasan kota pusaka Istana Siak.
Amin Syahri, pemilik warung sekaligus penjual rujak sudah berjualan sejak 2012 silam.
Pelanggannya sudah banyak, tidak hanya di dalam Kota Siak, tetapi juga sampai ke Bungaraya, Koto Gasib, Dayun dan sekitarnya.
“Dulu bisa tembus 200-300 porsi sehari semalam. Sekarang jauh berkurang, tetapi rujak masih menjadi andalan saya,” kata Amin saat berbincang dengan Tribun.
Rujak Uleg Abu Wahyu ini terkenal karena rasa kuah yang diadon Pak Amin sangat berbeda dengan rujak di tempat lain.
Rasa rujak yang dijual Pak Amin membuat pelanggan ketagihan. Apalagi jenis buah yang dipotong sangat variatif.
Selain itu, harga juga terjangkau, yaitu Rp 15 ribu per porsi. Beli satu porsi bisa dinikmati untuk dua atau tiga orang.
Saking gemuknya porsi yang diberikan Pak Amin.
“Kuahnya memang kita campur dan kita ulek dulu, seperti kuah asam jawa, gula aren, kacang tanah, ada campuran terasi, kecap manis, garam dan lain-lain,” ujarnya.
Sedangkan buah yang dipotong adalah jambu bold, jambu gelas, nanas, bengkuang, kedondong, belimbing, pisang muda, pepaya dan lain sebagainya. Pak Amin mulai membuka warung sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB.
Batu Ulek yang Unik
Batu tempat menggiling adonan rujak yang dimiliki Pak Amin cukup besar.
Namun yang paling unik, adalah batu untuk mengulek.
Besar, bentuk tak beraturan namun membantu kerja Pak Amin dengan efektif.
“Dulu saya membeli batu ulek ke pasar, dapatnya kecil, tidak ada yang besar. Batu kecil sangat sulit, tangan jadi pedas, dan untuk 5 porsi itu tangan udah kebas dan panas,” ujarnya.
Saat Pak Amin berkeliling di sekitar rumahnya ia melihat seonggok batu yang berbentuk unik di bawah pokok mangga.
Pak Amin mengambil batu itu dan membersihkannya.
Dibagian bawah batu sangat licin, dan kiri kanan agak lancip sehingga enak menjadi pegangan.
Pak Amin mencoba membentuk batu untuk mendapatkan batu penggilingan yang sempurna namun gagal.
“Benar -benar keras, tak bisa dibentuk, pecah malah mata gerinda,” ujarnya.
Pada akhirnya Pak Amin tidak berniat lagi untuk membentuk batu penggiling itu. Ia telah nyaman menggunakan batu itu, sekaligus estetik dan unik bila dilihat pelanggan.
“Insya Allah, saya akan tetap berjualan rujak karena sudah banyak pelangan. Di samping itu, saya juga merawat bonsai -bonsai sembari mengisi waktu saat menunggu pelanggan tiba,” katanya. (tribunpekanbaru.com/mayonal putra)
Rujak di Siak
penjual rujak
bumbu rujak
bumbu kacang
Negeri Istana
Cenderaloka
UMKM Siak
MataLokalUMKM
TribunEvergreen
Warga Tualang Siak Sulap Limbah Pabrik Jadi Produk Kerajinan, Omzet Tembus Puluhan Juta Perbulan |
![]() |
---|
Secangkir Kopi Sembari Menikmati Rona Senja di Pematang Sawah Bungaraya Siak |
![]() |
---|
Mesin Rakitan di Balik Teh Telor Creamy Pak Zam, Tradisi Minang, Kreasi Siak |
![]() |
---|
Ngopi di Tengah Taman, Sultana Coffee Tempat Tongkrongan dengan View Terindah di Siak |
![]() |
---|
Berawal dari Suka Kopi, Dedy Suhendra Sukses Buka Coffee Shop Sendiri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.