Kampung di Desa Gobah Kampar Nyaris Hanyut Dihantam Abrasi

Suara gemuruh air Sungai Kampar yang terus mengikis tanah semakin akrab di telinga warga Desa Gobah, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar. 

Penulis: Alex | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com/Alexander
ABRASI - Desa Gobah Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dihantam abrasi, Senin (10/3/2025). Diperkirakan sekitar 50 meter wilayah pemukiman telah hilang. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Suara gemuruh air Sungai Kampar yang terus mengikis tanah semakin akrab di telinga warga Desa Gobah, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar

Dalam beberapa waktu terakhir, derasnya debit air akibat curah hujan tinggi membuat bibir sungai semakin rapuh. 

Tanah yang dulu menjadi tempat berpijak kini runtuh sedikit demi sedikit, menyeret rumah, jalan, bahkan sekolah ke dalam arus yang tak terbendung.

Bagi warga yang sudah tinggal di desa ini bertahun-tahun, pemandangan itu bukan lagi kejutan, melainkan luka yang semakin menganga.

Anggota DPRD Kabupaten Kampar, Azhari Nardi mengatakan, sejak awal abrasi mulai terjadi, diperkirakan sekitar 50 meter wilayah pemukiman telah hilang.

Lapangan tempat anak-anak bermain, rumah-rumah tempat mereka berlindung, serta infrastruktur yang menopang kehidupan masyarakat kini tinggal kenangan. 

"Waktu kejadian beberapa hari lalu yang cukup viral itu, sekitar 20 meter tanah kembali hanyut dalam waktu singkat. Warga harus bergegas menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan," ujarnya kepada Tribun, Senin (10/3/2025).

Sungai yang dahulu menjadi sumber kehidupan kini justru menjadi ancaman yang perlahan menghapus jejak kampung mereka.

Namun, bukan hanya hujan yang menjadi penyebab musibah ini. Aktivitas Galian C yang berlangsung tak jauh dari pemukiman semakin mempercepat laju abrasi.

Penggalian tanah yang dilakukan secara terus-menerus melemahkan struktur tanah di sekitarnya, membuat bibir sungai lebih mudah terkikis saat debit air meningkat.

Warga hanya bisa menyaksikan dengan pasrah, sementara usaha untuk mencari solusi belum juga membuahkan hasil.

Bagi mereka yang kehilangan rumah, berpindah ke tempat yang lebih aman adalah satu-satunya pilihan.

Namun, tak semua memiliki kemampuan untuk segera membangun kembali kehidupan mereka di lokasi baru. 

Banyak yang masih berharap ada upaya nyata dari pemerintah maupun pihak terkait untuk menghentikan abrasi ini sebelum lebih banyak rumah dan fasilitas umum hilang.

Setiap malam, mereka tidur dengan kegelisahan, khawatir bahwa saat mereka terbangun, bagian kampung yang tersisa mungkin telah hanyut terbawa arus.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved