Anggota DPR Ini Mau Nangis Saat Kritik Program Dedi Mulyadi Soal Siswa Nakal Masuk Militer

pelajar yang dianggap bermasalah akan dijemput langsung oleh personel TNI dari rumah masing-masing untuk mengikuti pembinaan selama 6 bulan di barak

Editor: Muhammad Ridho
kolase Instagram Dedi Mulyadi dan Youtube Kompas TV
PROGRAM DEDI MULYADI: Tangkapan layar momen Anggota DPR RI, My Esti Wijayanti (kanan) mengkritik keras kebijakan Dedi Mulyadi (kiri) soal siswa nakal ke barak militer. Ia pun ingin menangis melihat anak-anak masuk militer, disadur pada Jumat (2/5/2025). 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan program wajib militer untuk pelajar pada Jumat, 2 Mei 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional.

Program ini digagas Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, sebagai respon terhadap meningkatnya kasus kenakalan remaja, termasuk penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan seks bebas.

Dalam program ini, pelajar yang dianggap bermasalah akan dijemput langsung oleh personel TNI dari rumah masing-masing untuk mengikuti pembinaan selama enam bulan di barak militer.

Di sana, mereka akan dilatih oleh TNI dan Polri dengan fokus pada karakter dan disiplin.

Namun program siswa nakal dimasukkan ke barak militer ini menuai kritikan.

Adalah anggota DPR RI yang tak setuju dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat itu soal siswa nakal.

Karenanya saat melihat cuplikan anak-anak di Jawa Barat yang disebutkan nakal sudah mulai menjalani pendidikan militer, anggota DPR tersebut mengaku ingin menangis.

Ia rupanya tak tega dengan cap buruk yang dilekatkan pada anak-anak tersebut setelah menjalani pendidikan militer.

Seperti diketahui, program siswa nakal mengikuti 'Wajib Militer' dan tinggal di barak militer sudah dimulai sejak kemarin, Kamis (1/5/2025).

Program tersebut perdana dijalankan oleh pemerintah daerah Purwakarta.

39 anak mulai dimasukkan ke barak militer Resimen Armed 1 Sthira Yudha.

Terkait dengan program Dedi Mulyadi itu, Anggota Komisi X DPR Fraksi PDIP, My Esti Wijayati mengurai tanggapan.

Diakui Esti, kebijakan dari Dedi itu belum sama sekali dibahas oleh Komisi X DPR RI.

"Terkait dengan ide dan gagasan pak Gubernur Jawa Barat ini sama sekali memang belum kita bahas di komisi X karena ini baru saja disampaikan dan kami belum melakukan pemanggilan atau undangan kepada yang terhormat Dedi Mulyadi dan belum ada pembahasan dengan Dikdasmen," akui My Esti Wijayanti, dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan Kompas TV, Jumat (2/5/2025).

Saat mengetahui para siswa nakal di Jabar sudah mulai menjalani militer, Esti mengaku ingin menitikan air mata.

Esti menyebut anak-anak tersebut dapat diskriminasi dari pemerintah daerah.

Padahal anak-anak itu kata Esti masih punya hak yang dilindungi undang-undang.

Esti cemas jika pendidikan militer tersebut akan berpengaruh besar untuk psikos sang anak sampai dewasa.

"Saya jujur, mengapa ya saya rasanya mau menangis gitu. Dari awal ini seolah-olah anak sudah mendapat diskriminasi. Dia mempunyai hak-hak yang harus kita berikan kepada mereka. Dia juga dilindungi dengan hak perlindungan anak sehingga ide ini saya sangat berharap sebenarnya, tunda dulu, lakukan pengkajian secara mendalam, baru kemudian dieksekusi kalau secara kajian itu memungkinkan dan tidak akan berpengaruh besar ke depan," ungkap Esti.

Tak kuasa menahan tangis, Esti pun mengurai alasannya.

Ternyata Esti memang biasa berhadapan dengan anak-anak bermasalah sejak lama dan tahu betul alasan mereka melakukan tindakan kriminal.

"Mengapa saya mengatakan saya hampir menangis? Saya sering berhubungan dengan anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus, karena masalah sosial. Mereka ditangkap ke kantor polisi karena punya klitih, tawuran, atau mereka yang dikategorikan anak nakal. Ketika kami berjumpa, kami bisa memahami oh anak ini datang dari ekonomi mampu tapi orang tuanya tidak memberikan waktu yang cukup. Oh anak ini dari single parent, dia melakukan seperti ini karena perhatiannya kurang," pungkas Esti.

Menurut Esti, seharusnya Dedi Mulyadi tidak perlu buru-buru merealisasikan rencananya tersebut untuk memasukkan siswa nakal ke barak militer.

Sebab kata Esti, perlu ada kajian mendalam apalagi berkaitan dengan anak-anak.

"Artinya hal-hal seperti ini mestinya jangan terburu-buru. Ini soal anak. Kalau kita bicara soal anak, kalau kita bicara soal anak ini kita bicara masa depan bangsa ini.  Dari satu kabupaten saja 39 anak, apakah mereka nanti tidak akan mendapatkan cap ketika keluar dari situ? Jadi saya merasa, saya enggak tega, ketika mengatakan ini harus begini, pendidikan secara barak militer," imbuh Esti.

Tanggapan Bupati Purwakarta

Kritikan keras dari anggota DPR RI itu sontak ditanggapi Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein.

Kata pria yang karib disapa Om Zein itu, orangtua yang memiliki anak nakal itu secara sukarela menyerahkan anak mereka untuk dididik di militer.

"Ini kan bukan pendidikan militer. Tapi kita titipkan di barak militer. Kenapa kita titipkan di barak militer? karena masyarakat percaya, orangtuanya percaya ketika mereka sudah tidak mampu lagi mengatasi. Coba ibu bayangkan kalau jadi saya bupati Purwakarta, tiap hari anak-anak tawuran, saling bacok. Bahkan ada yang kakeknya sendiri yang dia urus anaknya dari bayi merah, ketika ditegur langsung dibabat habis itu kakeknya. Ibu akan melakukan apa ketika ini terjadi?" ungkap Saepul Bahri Binzein.

Diungkap Om Zein, solusi dari Dedi Mulyadi soal memasukkan siswa nakal ke barak militer adalah cara cerdas.

Om Zein optimis jika nantinya anak-anak di Jabar akan disiplin dan jera akan aktivitas negatif seperti tawuran dan kenakalan remaja lainnya.

Perihal program pendidikan di militer, Om Zein menyebut anak-anak tetap belajar seperti di sekolah formal.

"Orangtua sudah merasa tidak mampu lagi menegur dan anaknya melawan, satu-satunya jalan mencari lembaga terpercaya, ini akan bisa mengatasi. Mereka menyerahkan dengan sukarela. Mereka menitipkan. Kami anggap ini untuk solusi persoalan ke depan mau dibahas apa. Paling tidak pemerintah daerah mendapatkan solusi, kami merasa lega, bahwa besok tidak akan ada lagi tawuran, saling bacok. Minimal mereka tingkat disiplinnya meningkat. Kan tempatnya aja berbeda, mereka tetap sekolah, gurunya tetap datang ke resimen," pungkas Om Zein.

Mendengar Esti hendak menangis saat melihat anak-anak masuk barak militer, Om Zein bereaksi menohok.

Kata Om Zein, orangtua dari anak-anak nakal itu sudah terlebih dahulu menangis dan pilu karena ulah anak mereka.

"Kalau ibu tadi sedih, nangis, orangtua ini (siswa nakal) sudah duluan nangis bu dari kemarin, sudah duluan," sindir Om Zein.

Siswa nakal masuk barak militer

Sebelumnya diwartakan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sempat mengurai alasannya membuat program kegiatan 'Wajib Militer' untuk anak-anak bermasalah di Jawa Barat.

Kata Dedi, anak-anak yang dianggap perlu dibina secara khusus akan ditempatkan di kompleks militer milik TNI atau Polri.

Hal tersebut dilakukan agar anak-anak tersebut bisa dididik disiplin dengan metode ala militer.

Kategori anak-anak yang akan menjalani Wajib Militer adalah anak di bawah umur yang melakukan pelanggaran ringan seperti tawuran, narkoba, dan merokok.

"Anak-anak yang orangtuanya sudah tidak sanggup lagi mendidik, akan kita wajib militerkan," kata Dedi Mulyadi.

Perihal materi yang bakal diterima oleh para siswa nakal tersebut selama menjalani militer, Dedi mengurai garis besarnya.

Bahwa anak-anak tersebut akan dibina karakternya oleh prajurit TNI.

"Selama enam bulan siswa akan dibina di barak dan tidak mengikuti sekolah formal. TNI yang akan menjemput langsung siswa ke rumah untuk dibina karakter dan perilakunya," imbuh Dedi.

Atas program yang dibuat Dedi Mulyadi tersebut, orangtua murid yang anaknya dimasukkan ke barak militer pun mengurai tanggapan.

Cantika, ibunda dari salah satu siswa yang masuk barak militer itu mendukung program dari KDM.

Sebab ia berharap, putranya yang masih duduk di kelas 7 SMP itu bisa berubah jadi anak yang disiplin.

"Sangat bagus sekali. Karena untuk kedisplinan dan tanggung jawab dan kemandirian anak," pungkas Cantika.

( Tribunpekanbaru.com )

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved