Hadir Wisuda Umri, Wamendikdasmen: Lulusan Harus Siap Mental

Wamendikdasmen Dr. Fajar Riza Ul Haq, MA mengingatkan para lulusan agar tidak terlalu berharap langsung mendapat pekerjaan setelah wisuda.

Penulis: Fernando | Editor: Ariestia
Foto/Dok Umri
WISUDA - Rektor Dr Saidul Amin, MA memasangkan selempang kepada peraih predikat Summa Cumlaude dalam Wisuda Sarjana dan Diploma ke-28 di Universitas Muhammadiyah Riau, Sabtu (3/5/2025). 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Dr. Fajar Riza Ul Haq, MA mengingatkan para lulusan agar tidak terlalu berharap langsung mendapat pekerjaan setelah wisuda.

Menurutnya, dunia kerja saat ini menuntut kesiapan mental, daya tahan, dan keterampilan yang lebih dari sekadar gelar.

"Ketika mendapat pekerjaan, apapun itu, harus ditekuni dengan dedikasi tinggi. Jangan membayangkan kenyamanan langsung hadir. Semua butuh proses dan pembelajaran," tegasnya dalam Sidang Senat Terbuka ke-28 Universitas Muhammadiyah Riau (Umri), Sabtu (3/5/2025).

Sebanyak 388 wisudawan mengikuti prosesi kelulusan yang mengusung tema “Mewujudkan Generasi Inovatif, Inspiratif, Berdaya Saing dan Mencerahkan Semesta.”

Wisuda kali ini dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Kepala LLDikti Wilayah XVII, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau, hingga perwakilan dari Gubernur Riau.

Rektor Umri, Dr. Saidul Amin, MA menyebut para lulusan berasal dari 8 fakultas dan 21 program studi. Uniknya, 22 di antaranya bukan beragama Islam.

“Kita ingin Umri menjadi institusi dari umat untuk semesta sebagai pengamalan ayat rahmatan lil alamin,” katanya.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para wali mahasiswa yang telah mempercayakan anak-anaknya menempuh pendidikan di Umri.

Harapannya, ilmu yang diperoleh tidak hanya bermanfaat secara pribadi, tapi juga bagi umat dan semesta.

Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa Umri kini memiliki 32 program studi dan profesi, dengan lima program studi telah meraih akreditasi Unggul. Ia menargetkan, prodi lain segera menyusul.

Sementara, Wamendikdasmen dalam orasi ilmiahnya menyoroti tantangan global seperti pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), perang Rusia-Ukraina, hingga dampak perang tarif dagang internasional yang digaungkan Presiden AS Donald Trump. Semua ini, katanya, menuntut lulusan untuk mandiri, inovatif, dan kritis dalam mencari peluang.

“Banyak sektor kini mengganti tenaga manusia dengan mesin. Maka, lulusan harus kuat secara mental, menguasai soft skill dan mampu berpikir kritis. Sayangnya, saat ini banyak mahasiswa terlalu bergantung pada Google dan AI,” ungkap Fajar Riza.

Kemampuan daya kritis manusia akan diuji dengan baik. Apalagi mesin kecerdasan buatan tergantung pada data yang masuk di sistem.

Jadi, saat menggunakan aplikasi AI, perlu dipastikan kebenaran informasi yang masuk ke dalam sistem tersebut.

Untuk itu, kecerdasan akademik dan non akademik harus dikembangkan. Semua itu dapat diraih di unit kegiatan mahasiswa, organisasi dan lembaga lainnya. Lalu, harus mampu berkomunikasi yang baik dan berkolaborasi sebagai suatu tim.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved