Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Wisata Siak

Makan Berhanyut dengan Cita Rasa Melayu di Tengah Arus Sungai Siak, Rp 125 Ribu per Orang 

Makan berhanyut, wisata kuliner di atas perahu sambil menyusuri Sungai Siak yang kini menjadi salah satu magnet baru

Penulis: Mayonal Putra | Editor: Theo Rizky
Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra
MAKAN BEGHAYUT - Suasana sampan untuk persediaan makan berhanyut di Siak. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Di atas aliran Sungai Siak yang tenang, sebuah perahu kayu bergerak perlahan.

Di atasnya, para tamu duduk berhadapan di meja panjang yang dipenuhi aneka hidangan khas Melayu. 

Bau harum gulai asam pedas ikan tapah bercampur semilir angin sungai, menyatu dalam suasana yang syahdu. 

Inilah sensasi makan berhanyut, wisata kuliner di atas perahu sambil menyusuri Sungai Siak, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang kini menjadi salah satu magnet baru pariwisata di Kabupaten Siak.

Berangkat dari kebiasaan lama masyarakat pesisir yang biasa makan di atas perahu saat mencari ikan, tradisi ini dihidupkan kembali dengan sentuhan wisata yang lebih modern.

Titik utama pada kuliner khas, dengan paket makan berhanyut yang menawarkan pengalaman budaya, sejarah, dan keindahan alam yang dibalut dalam suasana khas Melayu.

Baca juga: Wajah Pudar Istana Siak

Paket dan Menu yang Ditawarkan

Konsep makan berhanyut ditawarkan dalam bentuk paket wisata kuliner untuk rombongan minimal 10 hingga 15 orang.

Dengan tarif Rp 125.000 per orang, wisatawan akan disuguhi aneka menu lokal seperti gulai ikan baung, udang sambal tempoyak, ayam panggang serai, nasi minyak, sambal belacan, hingga penganan tradisional seperti bolu kemojo dan air pandan serai dingin sebagai pelepas dahaga.

“Menu yang kami sajikan benar-benar mencerminkan kekayaan kuliner Melayu. Semua dimasak oleh ibu-ibu lokal dari Kampung Rempak dan sekitarnya,” kata Farah, pengelola usaha makan berhanyut yang sekaligus ketua kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Sungai Rempak, Kamis (31/7/2025).

Baca juga: Meniti Senja, Menyambung Jejak Siak di Skywalk Tengku Buwang Asmara

Jam Buka dan Reservasi

Wisata makan berhanyut beroperasi setiap hari, namun hanya tersedia dalam dua sesi utama. Pagi pukul 09.00–11.00 WIB dan sore pukul 16.00–18.00 WIB. 

Pemesanan harus dilakukan minimal dua hari sebelumnya untuk memastikan kesiapan perahu dan katering.

Dalam satu hari, hanya tersedia maksimal dua trip untuk menjaga kualitas pelayanan dan kenyamanan wisatawan.

“Antusiasme masyarakat sangat tinggi, apalagi saat akhir pekan dan hari libur nasional. Banyak wisatawan dari Pekanbaru, Dumai, bahkan dari Sumatera Barat yang datang hanya untuk merasakan sensasi ini,” ujar Wibowo, salah satu pemandu wisata Sungai Siak.

Baca juga: Mencuci Muka di Sumur Sultan di Halaman Belakang Istana Siak

Suasana yang Menghidupkan Romantika Lama

Perjalanan kuliner ini tidak sekadar menyantap makanan.

Rute perahu akan membawa tamu menyusuri bagian tengah Kota Siak, melewati sejumlah ikon sejarah dan budaya, seperti Tangsi Belanda, Masjid Syahabuddin, Makam Sultan Syarif Kasim II, Skywalk Tengku Buwang Asmara, dan berakhir di bawah lengkung megah Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.

Sepanjang perjalanan, pemandu akan menceritakan sejarah setiap titik, mulai dari kisah kerajaan Siak hingga perubahan wajah kota pascarevolusi industri sawit.

Di beberapa titik, perahu melambat, memberi kesempatan wisatawan mengambil gambar dan menikmati panorama.

Suasana makan di atas perahu pun terasa intim dan tenang.

Musik Melayu klasik yang diputar lembut berpadu dengan suara dayung dan burung air di kejauhan.

Banyak wisatawan memilih sesi sore untuk menikmati matahari terbenam yang memantul di permukaan sungai.

Baca juga: Wajib Coba Bila ke Siak, Naik ke Puncak Jembatan Pakai Lift dari Pylon Luar, Pertama di Indonesia

Didukung Penuh Pemerintah dan DPR RI

Upaya pengembangan wisata ini tak hanya datang dari komunitas lokal, tapi juga mendapat perhatian pemerintah daerah hingga pusat.

Anggota Komisi VII DPR RI, Hendri Munief, dalam kunjungannya ke lokasi beberapa waktu lalu menyebut konsep makan berhanyut sebagai bentuk inovasi luar biasa dalam pengembangan pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.

“Wisata ini punya daya jual tinggi. Pengalaman yang ditawarkan tidak bisa diduplikasi di tempat lain. Ini yang membuat saya yakin, makan berhanyut bisa menjadi ikon baru untuk mendorong Siak masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,” kata Hendri.

Pemerintah Kabupaten Siak melalui Dinas Pariwisata kini tengah menyusun dokumen pengajuan agar kawasan wisata ini mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kepala Dinas Pariwisata, Eko Haryanto, menyebut bahwa wisata makan berhanyut adalah contoh konkret sinergi antara masyarakat lokal dan pemerintah dalam membangun pariwisata berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, usaha ini diharapkan dapat menghidupkan kembali ekonomi kampung-kampung pesisir Sungai Siak. Selain membuka lapangan kerja, juga memperkuat identitas budaya dan menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap warisan leluhur mereka.

“Semoga dengan adanya wisata ini, anak-anak muda di kampung kami tidak malu lagi jadi nelayan, jadi juru masak tradisional, atau jadi pemandu wisata,” ucap Farah dengan mata berbinar.

Wisata makan berhanyut memang bukan sekadar santapan kuliner di atas sungai. Tetapi upaya menyulam kembali benang-benang sejarah, budaya, dan ekonomi masyarakat Siak dalam satu perjalanan yang menggugah seluruh indera.

(Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved