Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Dokter RSUD Sekayu Muba yang Dipaksa Lepas Masker Lapor Polisi, Belum Ada Keluarga Pasien Minta Maaf

Video yang memperlihatkan detik-detik keluarga pasien mengamuk di RSUD Sekayu, Muba, Sumatera Selatan, viral.

Editor: Ariestia
YouTube Tribun Sumsel
DOKTER DIANIAYA -- Tangkap layar keluarga pasien berbuat arogan ke dokter RSUD Sekayu. Tindakan ini mendapat kecaman IDI hingga siap dampingi ke jalur hukum. Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul IDI Kecam Keluarga Pasien Arogan Paksa Dokter RSUD Sekayu Buka Masker, Siap Dampingi ke Jalur Hukum. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Video yang memperlihatkan detik-detik keluarga pasien mengamuk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, viral di media sosial.

Video itu viral di media sosial setelah diunggah oleh akun Instagram @perawat_peduli_palembang.

Dalam video tersebut, tampak seorang dokter yang tengah memeriksa pasien mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari pihak keluarga pasien.

Insiden terjadi di ruang perawatan.

Seorang pria keluarga pasien itu langsung emosi dan menyebut bahwa dokter tersebut bertele-tele untuk merawat ibunya.

"Ini dokter ini, ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak. Hasil rontgen, hasil rontgen, kita masuk sini biar pelayanan layak. Kita sewa ruang VIP ini untuk pelayanan. Pelayanan yang bagus, pelayanan yang layak. Bukan sekadar disuruh nunggu. Kalau disuruh nunggu kita bisa pakai BPJS. Kita nggak mau pakai BPJS, nggak mau dimain-mainkan seperti kamu ini, kamu paham ya? Kamu harus paham ya," ujar pria perekam video tersebut yang dilihat Kompas.com, Rabu (13/8/2025).

Pria tersebut kemudian mencecar dokter itu karena merasa pelayanan yang didapatkannya tidak sesuai dengan kamar VIP yang sudah disewa untuk perawatan.

"Ini nyawa, ini mak saya, ini nyawa, jangan kamu kayaknya kesannya main-main. Kamu berdalih dengan menjelaskan hasil rontgen, menunggu air ludah. Ada semua prosedur, saya juga orang sekolah. Ngerti nggak? Dengar nggak? Saya juga orang sekolah, cuma kalau hasil rontgen, hasil rontgen, bukan begitu. Saya minta tindakan yang pasti. Kamu bilang ini ruangan sangat layak, sangat bagus. Mana layaknya ini, ini plafonnya begini, kamu bilang layak ini," ujarnya.

Setelah melampiaskan kemarahan, mendadak dari belakang terdapat satu pria lagi yang langsung memaksa dokter tersebut membuka masker.

Namun, situasi memanas ketika salah satu anggota keluarga pasien diduga memegang bagian belakang leher sang dokter sambil memaksa membuka masker.

Ia kemudian dipaksa untuk menjelaskan penyakit ibunya, termasuk identitas dokter tersebut.

"Buka masker, ini nah dokternya. Dokter apa bagian apa, ngomong! Jelasin dekat ibu saya, jelasin sudah tiga hari ini kita masuk ruangan VIP cuma memperlihatkan hasil rontgen, ini dokter-nya ini. Pulang ke mana kamu?" ucap pria itu.

Permintaan tersebut ditolak secara halus oleh sang dokter karena bertentangan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit.

Meski dalam kondisi dimaki-maki, dokter itu tetap tenang dan menjawab pertanyaan dari keluarga pasien tersebut.

"Jadi, ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar. Dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan," jelas dokter tersebut.

"Kamu tahu indu trak itu apa?" tanya perekam.

"Gambaran khas dari penyakit TBC," jawab dokter.

Meskipun sudah mendapatkan jawaban dari dokter, keluarga pasien itu nyatanya kurang puas.

Ia kembali marah-marah karena menilai tak ada pelayanan perawatan yang cepat.

Sebab, setiap hari ibunya hanya dilakukan pemeriksaan dahak dan hasil rontgen.

"Ini dokter karena saya sudah berapa tahun hidup orang ngecek TBC harus dari apa?" tanya pria tersebut.

"Dahak," jawab dokter.

Meski akhirnya masker tersebut dilepas, tindakan itu dilakukan dalam tekanan, dengan tangan keluarga pasien masih terlihat menyentuh tubuh dokter.

Momen ini langsung memicu kecaman warganet.

Banyak yang menilai tindakan tersebut tidak hanya tidak sopan, tetapi juga merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak tenaga kesehatan.

Penjelasan Pihak RS

Terpisah, Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi, membenarkan adanya kejadian itu seperti yang beredar di media sosial.

"Benar, itu dokter spesialis ginjal. Di video terlihat beliau dimarahi keluarga pasien dan tetap sabar," ujar Dwi saat dikonfirmasi, Rabu (13/8/2025).

Menurut Dwi, saat ini pihak RSUD Sekayu bakal membahas masalah tersebut untuk mengetahui pasti kronologi kejadian.

"Masalah itu baru akan kami bahas dan rapatkan hari ini, untuk mengetahui kronologi kejadian dan motifnya. Jadi, harap tunggu info lebih lanjut ya," tuturnya.

Tindak Lanjut dan Pelaporan ke Polisi

Hingga kini, dr. Syahpri mengungkapkan bahwa belum ada permintaan maaf dari pihak keluarga pasien.

"Saya mewakili Nakes di seluruh Indonesia berharap jangan lagi menimpa Syahpri-Syahpri yang lain. Memang harus tegas, karena dapat membahayakan nakes lain seperti perawat, dokter umum, bukan hanya spesialis saja," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa dirinya sudah menjalankan tugas sesuai prosedur, dan berharap kejadian serupa tidak terulang.

Ia juga menegaskan bahwa menjadi tenaga kesehatan bukanlah hal mudah, baik dari segi biaya pendidikan maupun waktu yang harus dikorbankan.

"Yang bersangkutan belum meminta maaf secara pribadi. Kasus ini sudah saya laporkan dan kita menunggu saja," ungkapnya.

Atas kejadian tersebut, dr. Syahpri bersama pihak RSUD Sekayu dan IDI Muba resmi melaporkan insiden ini ke Polres Musi Banyuasin pada Rabu, 13 Agustus 2025.

IDI Muba Angkat Bicara

Ketua Badan Hukum Pembela Profesi dan Advokasi (BHP2A) IDI Muba, dr. Zwesty Devi, MH, mengecam keras tindakan keluarga pasien terhadap dokter Syahpri.

"Kami dari IDI Muba siap mendampingi dan melindungi anggota kami jangan sampai terjadi kejadian seperti ini lagi terhadap nakes. Karena nakes dilindungi dalam UU Kesehatan nomor 17 tahun 2023. Dokter Syahpri secara pribadi sudah melaporkan kasus ini prihal perbuatan tidak menyenangkan," tegasnya.

Profil Dokter Syahpri Putra Wangsa

Dokter yang menjadi korban dalam insiden tersebut adalah dr. Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, K.GH, FINASIM, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang bertugas di RSUD Sekayu.

Ia juga diketahui berpraktik di RS Bunda Medika Jakabaring Palembang dan pernah bertugas di RSUD Sungai Lilin.

Dokter Syahpri menuai pujian karena tetap sabar dan profesional dalam menghadapi sikap arogan keluarga pasien.

Faktanya, dr. Syahpri bukanlah sosok sembarangan.

Pada Oktober 2024, ia resmi meraih gelar sebagai Dokter Konsultan di bidang Nefrologi, sebuah cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari fungsi ginjal dan penyakit terkait.

“Dokter Konsultan” merujuk pada dokter spesialis yang memiliki keahlian mendalam di bidang tertentu dan berperan sebagai penasehat medis untuk pasien maupun tenaga medis lainnya.

Gelar lengkapnya antara lain:

Sp.PD (Spesialis Penyakit Dalam)
K.GH (Konsultan Ginjal Hipertensi)
FINASIM (Fellow of Indonesian Society of Internal Medicine)

Pendidikan kedokterannya ditempuh di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sementara program spesialis dijalani di Universitas Sriwijaya, Palembang.

(*)

Sumber: Kompas.com, TribunSumsel.com, TribunSumsel.com

 

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved