Anjing Rabies di Pekanbaru Makan Korban
Penting! Ini yang Harus Dilakukan Ketika Digigit Hewan Rabies, Menit-menit Awal Sangat Menentukan
Waspada gigitan hewan rabies, mencegah sebelum terlambat, karena bila rabies sudah menimbulkan gejala, hampir tidak ada terapi yang efektif.
Penulis: Alex | Editor: Theo Rizky
Oleh: dr. Faisal, SpPD, Koordinator Bidang Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular IDI Cabang Pekanbaru
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Langkah paling penting ketika seseorang digigit hewan yang dicurigai rabies adalah melakukan penanganan awal.
Jangan menunggu sampai luka memburuk, karena justru menit-menit pertama setelah gigitan sangat menentukan.
Segera cuci luka tersebut dengan air mengalir dan sabun selama minimal 15 menit.
Virus rabies sangat rentan terhadap sabun, sehingga tindakan ini bisa menjadi penghalang utama penyebaran virus ke jaringan tubuh.
Saat membersihkan luka, gunakan sarung tangan bila memungkinkan, agar tidak terjadi kontak langsung dengan air liur hewan yang mungkin masih menempel.
Setelah selesai, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit.
Di sana, dokter akan melakukan pembersihan luka lanjutan serta memberikan vaksin anti rabies (VAR).
Vaksin ini diberikan segera setelah gigitan, lalu diulang pada hari ke-7 dan hari ke-21.
Baca juga: Anak Korban Gigitan Anjing Liar di Pekanbaru Sudah Dapat Suntik Vaksin Anti Rabies
Pada kasus tertentu, terutama jika gigitan sangat parah atau lokasinya berbahaya seperti di wajah, leher, atau kepala, dokter dapat menambahkan serum anti rabies (SAR) untuk memberikan perlindungan tambahan.
Kombinasi vaksin dan serum ini bertujuan menghentikan virus sebelum sempat masuk lebih dalam ke sistem saraf.
Prinsip utamanya adalah mencegah sebelum terlambat, karena bila rabies sudah menimbulkan gejala, hampir tidak ada terapi yang efektif.
Masyarakat awam sering menyebut rabies sebagai penyakit "anjing gila".
Sebutan ini muncul karena salah satu hewan penular utama adalah anjing yang sudah terinfeksi rabies.
Penularan terjadi melalui gigitan, cakaran, atau bahkan jilatan di kulit yang terbuka.
Virus rabies menyerang sistem saraf, dan memiliki perjalanan penyakit yang bervariasi.
Masa inkubasi atau waktu sejak virus masuk hingga muncul gejala bisa sangat berbeda antara satu pasien dengan pasien lainnya.
Ada yang menunjukkan gejala dalam dua minggu, tetapi ada juga yang baru timbul setelah dua tahun.
Baca juga: Anjing yang Gigit 9 Warga di Pekanbaru Positif Rabies, Korban Harus Cepat Dapat Perawatan Lanjutan
Hal ini bergantung pada beberapa faktor, di antaranya jumlah virus yang masuk, lokasi gigitan, serta jaraknya dari otak.
Sebagai contoh, bila gigitan terjadi di wajah atau leher, virus akan lebih cepat mencapai otak melalui saraf.
Sebaliknya, gigitan di tungkai bawah biasanya memerlukan waktu lebih lama.
Inilah mengapa gejala rabies bisa muncul dalam rentang waktu yang cukup panjang dan tidak seragam.
Gejala awal rabies atau fase prodromal biasanya muncul pada minggu pertama.
Penderita bisa mengalami rasa lemah, demam ringan, atau gangguan sensoris di sekitar bekas gigitan, seperti rasa panas, nyeri, atau kesemutan.
Gejala ini seringkali dianggap sepele, padahal bisa menjadi tanda awal infeksi rabies.
Seiring waktu, gejala khas rabies mulai terlihat.
Penderita bisa mengalami hidrofobia atau takut air,
karena menelan air akan memicu rasa sakit hebat dan kejang pada tenggorokan.
Ada pula yang mengalami fotofobia (takut cahaya), bahkan sensitif terhadap tiupan angin.
Pada tahap ini, pasien bisa tampak agresif, bingung, dan berperilaku tidak wajar.
Jika penyakit terus berlanjut, fase berikutnya adalah kelumpuhan atau paralisis.
Baca juga: Sudah Suntik Anti Rabies, Seluruh Pasien Gigitan Anjing di Pekanbaru Rawat Jalan
Otot-otot tubuh melemah, kemampuan bernapas terganggu, dan pada akhirnya pasien akan meninggal akibat kegagalan pernapasan.
Inilah yang membuat rabies disebut sebagai penyakit yang hampir selalu berujung fatal bila gejala sudah muncul.
Karena tingkat kematiannya yang sangat tinggi, satu-satunya cara untuk melawan rabies adalah pencegahan.
Penanganan segera setelah gigitan dan pemberian vaksin tepat waktu merupakan kunci utama.
Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing juga sebaiknya divaksin secara rutin untuk menutup rantai penularan dari hewan ke manusia.
Masyarakat perlu memahami bahwa rabies bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga menyangkut kesehatan lingkungan.
Hewan liar yang berkeliaran tanpa vaksinasi dapat menjadi sumber wabah.
Oleh karena itu, peran pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus berjalan seiring dalam program vaksinasi hewan serta edukasi publik.
Rabies adalah penyakit yang mematikan namun dapat dicegah.
Jangan pernah menunda mencuci luka, jangan menunggu gejala muncul, dan jangan menganggap remeh gigitan atau cakaran hewan.
Edukasi sederhana ini bisa menyelamatkan nyawa, karena setiap tindakan cepat adalah langkah untuk mencegah tragedi yang sebenarnya bisa dihindari.
(Tribunpekanbaru.com/Alexander)
Sebanyak 321 Ekor Hewan Peliharaan di Kelurahan Tangkerang Timur Dapat Vaksin Anti Rabies |
![]() |
---|
Anak Korban Gigitan Anjing Liar di Pekanbaru Sudah Dapat Suntik Vaksin Anti Rabies |
![]() |
---|
Anjing yang Gigit 9 Warga di Pekanbaru Positif Rabies, Korban Harus Cepat Dapat Perawatan Lanjutan |
![]() |
---|
Anjing Diduga Rabies Gigit Warga di Tangkerang Timur Pekanbaru, Tim Gabungan Buka Posko Vaksin |
![]() |
---|
9 Warga Digigit Anjing Diduga Rabies, Pemilik Hewan Peliharaan di Tenayan Raya Pekanbaru akan Didata |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.