Bukan karena Perang, Tak Bisa Dapatkan Budak Seks, Pria Ini Menyesal Gabung ISIS

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mark John Taylor, anggota ISIS asal Selandia Baru. Dia menyesal bergabung dengan ISIS karena tidak bisa mendapatkan budak seks.

Bukan karena Perang, Tak Bisa Dapatkan Budak Seks, Pria Ini Menyesal Gabung ISIS

TRIBUNPEKANBARU.COM - Beberapa anggota  anggota Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS) menyatakan penyesalan mereka bergabung dengan kelompok itu.

Namun, seorang pria Selandia Baru melontarkan pengakuan cukup aneh ketika dia mengungkapkan rasa sesalnya bergabung dengan ISIS.

Mark John Taylor, nama pria itu, mengatakan. dirinya menyesal bergabung karena tidak bisa mendapatkan perempuan sebagai budak seks.

Dilaporkan Daily Mirror, Senin (4/3/2019), ISIS membawa perempuan dari kelompok minoritas Yazidi dan memperlakukan mereka sebagai budak seks.

Berbicara kepada ABC dari selnya di Suriah, Taylor mengungkapkan, harga perempuan Yazidi sangat mahal dan menjadi sumber penyesalannya.

Untuk mendapatkan perempuan Yazidi berusia di atas 50 tahun, misalnya, Taylor harus merogoh kocek hingga 4.000 dollar AS atau Rp 56,5 juta.

"Untuk membeli yang paling muda, Anda harus mempunyai uang hingga 20.000 dollar AS (sekitar Rp 282,8 juta)," papar Taylor.

Baca: Kekasihnya Alami Kelainan Kulit Langka, Pria Ini Tetap Mencintai & Menerima Kekurangannya

Baca: Live ILC TVOne Malam Ini, Selasa (5/3/2019): Andi Arief Terjerat Narkoba: Pukulan Bagi Kubu 02?

Baca: UPDATE Persib Bandung! Jelang Lawan Persebaya, Esteban Vizcarra Berpeluang Dimainkan

Baca: VIDEO PSS Sleman vs Madura United, Live Streaming Indosiar Laga Pembuka Grup D Piala Presiden 2019

Pria yang juga dikenal dengan nama Mohammad Daniel maupun Abu Abdul Rahman itu membakar paspor Selandia baru ketika bertolak ke Suriah pada 2014.

Tidak mendapatkan budak seks Yazidi, Taylor mengaku dia menikah dengan dua perempuan Suriah.

Namun, pernikahannya tidak berlangsung lama.

Ketika ditanya apakah dia berniat memiliki budak untuk berhubungan seks, dia menjawab tidak ingin melakukan pemaksaan.

"Tidak memaksa, tidak. Ini seperti berhubungan layaknya pacar," ucap mantan tentara yang diyakini berusia 40 tahun tersebut.

Taylor sempat dipenjara oleh ISIS ketika dia lupa mematikan fitur penanda geografi di Twitter pada 2014 sehingga memaparkan lokasi kelompok itu.

Kini setelah ISIS dilaporkan hanya tinggal menguasai desa Baghouz, dia yang ditangkap pasukan Kurdi berujar ingin pulang.

Baca: Kolaborasi Kopassus & 3 Pendekar Saat Penyelamatan Sandera di Papua, Halau Serangan Ilmu Hitam Musuh

Baca: KISAH Kopassus Bersama Pendekar Banten: Tangkal Ilmu Hitam Musuh yang Menyandera WNI

Baca: VIDEO Detik-detik Oknum Guru Kepergok Siswa Nonton Film HOT di Kelas, Tak Sadar Proyektor Hidup

Halaman
12

Berita Terkini