RITUAL Tolak Bala Ghatib Beghanyut di Riau, Orang-orang Berpakaian Serba Putih Gemakan Kalimat Tahlil
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Ritual Tolak Bala Ghatib Beghanyut di Riau tepatnya di Siak, orang-orang berpakaian serba putih gemakan kalimat tahlil di punggung Sungai Siak saat hujan rintik.
Rintik hujan masih berjatuhan dari langit Siak pada Selasa (22/10/2019) malam, dalam cuaca yang sendu itu, ratusan orang berpakaian serba putih tak urung untuk meramaikan Pelabuhan Lalu Lintas Sungai Danau dan Penyebrangan (LLSDP) Siak, di Kampung Dalam, Siak Sri Indrapura.
Silahkan baca juga berita Riau hari ini >>>
Baca: JADWAL Pengumuman Seleksi CPNS 2019 di Riau, Dilaksanakan Oleh Pemda, Pemda Siapkan Sapras CAT CPNS
Baca: Operasi Zebra 2019, Polres Kepulauan Meranti Mulai Tanggal 5 November Polres Bengkalis Gelar Pasukan
Baca: Ratusan Mobil Dinas Pegawai Pemprov Riau Mangkrak 105 Hari, Belum Didistribusikan Pasca Idul Fitri
Baca: JADWAL dan Jam Operasional Bus Transmetro Pekanbaru, Koridor dan Harga Tiket Transmetro Pekanbaru
Baca: DUET Dua Mantan Anggota DPRD Riau pada Pilkada Kuansing 2020 Bakal Bersaing dengan Suhardiman Amby
Obor bambu menghiasi halaman terminal pelabuhan itu, nyanyian selawat yang dimainkan kelompok Hadrah Merempan Hilir memecah kesunyian.
Cuaca yang dingin seperti dibuat hangat oleh pukulan rebana dan kumandang selawat itu, ratusan jamaah bersiap menuju dermaga, lalu naik ke atas kapal Feri Roll On Roll Off (Roro) penyeberangan.
Malam itu malam ritual Tolak Bala Ghatib Beghanyut.
Rintik hujan semula lebat pun reda, panitia membagikan sorban putih kepada seluruh jamaah yang ikut..
Tua-muda, laki dan perempuan naik ke atas kapal yang sudah terbentang karpet permadani.
Kapal Ferry penyebrangan itu dikawal 16 kapal kecil, yang berhias obor bambu.
Sebagian jamaah memilih menaiki perahu-perahu kecil itu.
Ritual turun- temurun itu boleh diikuti oleh siapa saja.
Disarankan bagi orang yang sedang dalam keadaan suci, berwuduk dan tidak disarankan bagi perempuan yang sedang datang bulan.
Ritual Tolak Bala Ghatib Beghanyut ini dipimpin oleh Dr Syekh H Hassan Haitami, QS dari Ujungbatu, Rokan Hulu.
Silahkan baca juga berita Riau hari ini >>>
Baca: Resmi! Polda Riau dan Jajaran Gelar Operasi Zebra 2019, Siapkan Surat dan Kelengkapan Kendaraan Anda
Baca: KISAH Cewek Cantik Asal Bengkalis Jadi Dara Riau 2019, Hobi Traveling dan Ingin Punya Toko Jilbab
Baca: HEBOH! Ular Piton 7 Meter Ditemukan di Kebun Kelapa Sawit Warga Riau Perutnya Seperti Berisi Manusia
Pimpinan Pondok Pesantren Alhasanah Ujungbatu itu didampingi Ketua LAMR Siak Datuk Sri Wan Said dan jajaran, Asisten III Setdakab Siak Jamaluddin, Ketua DPH LAM Riau Gamal Abdul Nasir.
Tampak pula hadir Ketua DPRD Siak Azmi dan sejumlah pejabat di Pemkab Siak.
Pimpinan berada di saf paling depan.
Diikuti oleh para jamaah hingga memenuhi punggung kapal.
Kapal ini akan mengikuti arus sungai Siak.
Setelah semua jamaah naik di atas kapal, seorang Muazin mengumandangkan azan.
Saat ini, kapal mulai bergerak mengikuti arus sungai.
Syekh Hassan Haitami mulai memimpin doa-doa, lalu memimpin tahlil.
Kalimat tahlil serentak diucapkan oleh semua jamaah, sehingga menggema di atas kapal Feri yang terus hanyut ke arah Belantik, Kampung Suak Lanjut.
Semakin lama, jamaah tampak semakin khusuk. Mereka mengucapkan tahlil sekuat yang ia bisa. Semakin lama kapal hanyut, suara-suara tahlil itu semakin memecah kesunyian sungai Siak yang gelap, jamaah larut.
Silahkan baca juga berita Riau hari ini >>>
Baca: UJIAN CAT CPNS 2019 Dilaksanakan di Setiap Daerah, BKN Regional XII Ungkap Tahapan Seleksi CPNS 2019
Baca: Ustadz Abdul Somad Unggah Foto Jadul Saat Jadi Santri, Netizen Tebak Mana UAS: Chubby, Tembem, Gemes
Baca: Setiap Desa Dapat JATAH Rp 200 Juta, Bankeu Desa di Riau akan Disalurkan, Kata PMD Bulan November
Kepala mereka menggeleng -geleng sesuai kalimat tahlil yang diucapkan.
Semakin kencang, zugnya semakin terasa.
Lebih 1 jam kapal hanyut, akhirnya tiba di dermaga Belantik.
Rintik hujan kembali turun.
Selama itu, sudah banyak doa yang dipanjatkan.
jamaah yang semula berencana akan melanjutkan beratib sambil berjalan dari dermaga itu pun urung gara-gara rintik hujan kembali terasa lebat.
Obor-obor bambu yang disiapkan di Belantik tidak dapat dimanfaatkan.
jamaah pulang menggunakan bus yang disediakan Dinas Pariwisata Siak.
Ritual Tolak Bala Ghatib Beghanyut pun selesai.
Silahkan baca juga berita Riau hari ini >>>
Baca: Ratusan Mobil Dinas Pegawai Pemprov Riau Mangkrak 105 Hari, Belum Didistribusikan Pasca Idul Fitri
Baca: JADWAL dan Jam Operasional Bus Transmetro Pekanbaru, Koridor dan Harga Tiket Transmetro Pekanbaru
Baca: DUET Dua Mantan Anggota DPRD Riau pada Pilkada Kuansing 2020 Bakal Bersaing dengan Suhardiman Amby
25 Tahun Tidak Terlaksana
Tradisi Ritual Tolak Bala Ghatib Beghanyut sempat dilupakan masyarakat Siak.
Selama 25 tahun ritual ini tidak diselenggarakan.
Padahal ritual ini sudah menjadi kebiasaan sejal zaman kesultanan.
"Sempat terlupakan sejenak, yakni selama 25 tahun. Padahal, ini senjata dan perisai masyarakat Melayu dalam menolak segala bala," kata Ketua LAMR Siak Datuk Seri Wan Said.
Ia mengatakan, ghatib beghanyut pada zaman kesultanan disesuaikan dengan kejadian seperti adanya wabah penyakit kolera atau malaria, maka LAMR berinisiatif menggelar ghatib beghanyut.
Sedangkan kegiatan secara rutin dilaksanakan pada setiap bulan Safar.
"Ada ghatib beghanyut ada ghatib bejalan. Ghatib beghanyut dilaksanakan dengan perahu kecil atau sampan di sungai Siak, ghatib berjalan di laksaakan dengan jalan kaki di darat," kata dia.
Kedua ghatib itu dapat dilakukan sekaligus.
Sebagian warga beratib di sungai Siak menggunakan perahu dan sebagian dengan berjalan kaki di darat dalam waktu yang sama.
Silahkan baca juga berita Riau hari ini >>>
Baca: JADWAL Pengumuman Seleksi CPNS 2019 di Riau, Dilaksanakan Oleh Pemda, Pemda Siapkan Sapras CAT CPNS
Baca: Operasi Zebra 2019, Polres Kepulauan Meranti Mulai Tanggal 5 November Polres Bengkalis Gelar Pasukan
Baca: Ratusan Mobil Dinas Pegawai Pemprov Riau Mangkrak 105 Hari, Belum Didistribusikan Pasca Idul Fitri
"Ghatib beghanyut ini dimaksudkan membuang bala penyakit, semua yang tidak diinginkan masyarakat, baik itu bencana, kekurangan bahan pangan dan lainnya. Pembuangannya diarahkan ke laut. Jadi ini juga ritual untuk membersihkan negeri," kata dia.
Saat ini, pihaknya tidak menganggap ritual itu hanya sekadar untuk menolak bala, melainkan untuk pelestarian budaya yang menunjang wisata religi di Siak.
"Walaupun motivasinya saat ini untuk pariwisata, namun tidak boleh kita kehilangan nilai-nilai dan filosofinya," kata dia.
Ketua DPH LAM Riau Gamal Abdul Nasir juga hadir pada kegiatan itu.
Ia mengatakan, Ghatib Beghanyut merupakan nama untuk ritual tolak bala di Siak.
Sedangkan di Rokan Hilir namanya Ghatib SAmbai, juga menggunakan sampan.
Selain itu juga ada Ghatib Togak di sana.
"Makrifatnya membuang segala bala arah ke laut. Di Dumai namanya bela kampung, dengan cara berdoa," kata dia.
Menurut dia, adat untuk menolak bala yang dilakukan oleh raja- raja Melayu dulu berdasarkan syariat Islam.
Para ulama yang mengkaji ini tidak mengatakan ini sirik.
Silahkan baca juga berita Riau hari ini >>>
Baca: Ratusan Mobil Dinas Pegawai Pemprov Riau Mangkrak 105 Hari, Belum Didistribusikan Pasca Idul Fitri
Baca: JADWAL dan Jam Operasional Bus Transmetro Pekanbaru, Koridor dan Harga Tiket Transmetro Pekanbaru
Baca: DUET Dua Mantan Anggota DPRD Riau pada Pilkada Kuansing 2020 Bakal Bersaing dengan Suhardiman Amby
"Substansinya adalah zikir dan doa. Zikir dan doa di mana saja boleh. Kita mesti banyak berdoa di negeri ini," kata dia.
Untuk Mendukung Wisata Religi
Asisten III Setdakab Siak Jamaluddin juga mengatakan, ghatib beghanyut untuk mendukung wisata religi di Siak.
Wisata religi dikembangkan supaya tidak merusak nilai budaya dan agama.
"Datangnya wisatawan ke Siak tidak merusak nilai adat- istiadat kita. Target kita wisatawan asal Arab sebarnya. Sebab, Siak merupakan lokomotif wisata religi untuk Riau," kata dia.
Menurut dia, ada 4 wisata religi secara nasional, yakni Aceh, NTB, Sumbar dan Riau.
Riau itu lokomotif wisata religinya adalah Siak.
"Maka, Pemkab Siak semangat mengangkat kembali Ritual Tolak Bala Ghatib Beghanyut ini," kata dia.
Rencananya, Pemkab Siak membantu LAMR Siak untuk mengundang wilayah jajahan Kesultanan Siak masa lampau seperti Aceh Tamiang, Batubara dan Kalimantan Barat.
"Keinginan kita hanya agar negeri ini baldataun thoiyibatun warabbul ghafur," kata dia.
Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra - RITUAL Tolak Bala Ghatib Beghanyut di Riau Orang-orang Berpakaian Serba Putih Gemakan Kalimat Tahlil