Jual Diri Biasanya Dapat 1 Juta, Kini Cuma 100 Ribu, Wanita Ini Banting Stir Jualan Ayam Geprek

Editor: Muhammad Ridho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi - PSK terjaring Razia

"Ayam geprek, terus lumpia basah, seblak, es krim buat anak-anak, pangsit dibungkus-bungkus." Modalnya ia pinjam dari teman dan anak kekasihnya.

"Aku juga bersyukur bisa makan di sini, bisa makan di usaha ini. Biar pun usaha masih kecil-kecilan kadang-kadang hari ini sepi, besok enggak tahu, namanya jualan ada sepinya ada enggaknya," katanya.

Selama berjualan, ia mulai jarang untuk mencari tamu, kecuali dagangannya sedang sepi pembeli.

"Kita masih ke depan (jalan) juga, tapi jarang. Seminggu itu aku bisa satu kali," kata Maya.

Pilihan menjadi pekerja seks

Maya mengaku menjadi pekerja seks sejak usia 15 tahun. Saat itu, perempuan asal Jawa Barat ini diiming-imingi seorang teman bekerja di sebuah restoran di Jakarta.

Tapi yang dia hadapi justru melayani tamu-tamu di warung remang-remang. Awalnya ia menolak, tapi lama kelamaan diteruskan karena uang mudah didapat.

Dari sini ia bisa rutin mengirim uang ke kampung halaman dan membeli rumah untuk keluarganya.

"Akhirnya perjuanganku sebagai kakak enggak sia-sia. Aku bisa beli rumah buat orang tua. Biar pun aku SD doang, tapi adik-adik aku pada tinggi-tinggi sekolahnya. Gara-gara cari uang di sini," tutur Maya diselingi derai air mata.

Ia menceritakan kehidupan keluarganya, sebelum bekerja sebagai pekerja seks. Hidup di pinggiran kampung di Jawa Barat dengan rumah sewa satu ruangan yang digunakan untuk tidur bersama-sama. "Adik-adik pada digigitin tikus kakinya," katanya.

"Sekarang alhamdulilah adikku pada nyaman tidur. Ketawanya pada lepas, enggak kayak dulu-dulu. Dulu juga beli es krim pada enggak bisa," lanjut Maya.

Kemunculan pekerja seks baru

Maya yang belasan tahun berkecimpung sebagai pekerja seks berusaha untuk alih profesi menjadi pedagangan makanan.

Namun, kata dia, tak sedikit perempuan dari luar Jakarta mencoba mengadu nasib menjadi pekerja seks di ibu kota pada masa pandemi.

Kepada BBC News Indonesia, seorang pekerja seks yang baru sebulan tinggal di daerah ini, Rere—bukan nama sebenarnya—mengatakan, "Mau tidak mau, saya tidak ada uang untuk makan".

Halaman
1234

Berita Terkini