Twitter tampaknya belum menanggapi apakah kabar kebocoran data ini benar atau tidak. Namun, peneliti siber independen dari Hudson Rock, Alon Gal mengeklaim bahwa beberapa data yang dibocorkan Ryushi asli milik beberapa pengguna.
"Meski demikian perlu dicatat bahwa ini bukan berarti seluruh data yang dibagikan Ryushi, yang mencapai 400 juta data, benar-benar mewakili pengguna di dunia nyata," jelas Ryushi.
Kebocoran data Twitter pakai API lawas
Seperti disebutkan di atas, data-data yang dikumpulkan Ryushi diklaim mengandalkan celah (bug) yang ada di sistem Twitter alias API lawas versi 2021 yang sudah diperbarui Twitter pada Januari 2022 lalu.
Sebelumnya, kebocoran data serupa juga pernah terjadi pada November lalu, di mana ada sekitar 5,4 juta data pengguna Twitter bocor di intenet. Data-data ini meliputi username Twitter, e-mail, nomor telepon, dan lain sebagainya.
Selain itu, bug di API Twitter lawas juga konon sempat dimanfaatkan oleh seorang peretas (hacker) untuk mengumpulkan data sekitar 17 juta data pengguna Twitter.
Namun, belasan juta data tersebut diklaim tidak dijual secara publik dan kabarnya masih disimpan oleh hacker itu secara privat.