TRIBUNPEKANBARU.COM - Sempat menjadi sorotan, Shin Tae-yong akhirnya mau memperpanjang kontrak.
STY dan PSSI menemui kesepakatan untuk melatih Timnas Indonesia sampai 2027.
Kabar tersebut membuat publik tanah air senang.
Namun, kabar itu membuat media asal kampung STY, Korea Selatan terkejut.
Sebab, banyak pemberitaan yang menyebut Korsel ingin membawa pulang STY.
Seperti yang diketahui bahwa sebelum adanya kabar resmi mengenai perpanjangan kontrak, Shin Tae-yong sempat dikaitkan dengan kursi pelatih Timnas Korea Selatan.
Ya, kursi panas yang pernah ia duduki dalam tempo waktu cukup singkat hingga akhirnya ia tinggalkan pasca Piala Dunia 2018 Rusia selesai.
Rumor Shin Tae-yong ditikung Korea Selatan semakin kuat saat tanda tangan perpanjangan kontrak di Timnas Indonesia tak kunjung dilakukan.
Di saat yang sama, keberadaa Shin Tae-yong diketahui ada di Korea Selatan, meski PSSI sudah menegaskan jika yang bersangkutan sedang sakit.
Mengetahui kabar resmi tersebut, publik Korea Selatan hanya bisa meratapi nasib karena mustahil untuk bisa memulangkan pria berusia 53 tahun ke Negeri Kimchi.
Namun yang menarik, ada dua penyebab yang disorot media Korea Selatan terhadap terwujudnya perpanjangan kontrak Shin Tae-yong dan Timnas Indonesia.
Di antaranya popularitas Shin Tae-yong di Indonesia yang dianggap sudah berada di luar nalar, sesuatu yang tidak bisa didapatnya di Korea.
Baca juga: Bukti Tak Kuat, Kuasa Hukum Minta Polda Jabar Bebaskan Pegi: Kemenangan Rakyat,Marwah Polisi Terjaga
Baca juga: DETIK-DETIK Harmoko Turunkan Jasad di Flyover: Tepuk Tangan Jenazah dan Bisikan Suatu Hal
Dan yang kedua adalah loyalitas Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia, hal itu seperti tamparan telak untuk publik Negeri Gingseng.
"Mustahil sudah bagi Timnas Korea Selatan mendapatkan jasa pelatih Shin Tae-yong yang sudah memperbarui kontraknya di Timnas Indonesia hingga 2027," tulis Nate Sports.
"Popularitas pelatih Shin Tae-yong di Indonesia sungguh di luar nalar dan imajinasi manusia. Sindrom serupa dialami pelatihPark Hang-seo yang memimpin Vietnam."