Maklum, sejak kecil, Ansorni telah terjun ke dunia perpacuan Jalur.
Di pertengahan partandingan, mereka sempat tertinggal sedikit. Namun tim Jitu Kuantan mendapat asupan semangat dari teriakan Ansorni.
Teriakan Ansorni menjadi pelecut bagi anak Pacu lainnya.
Ketika mendekati garis finis, Jitu Kuantan berhasil mendahului Jalur Banser.
Jitu Kuantan pun berhasil mengalahkan Jalur Banser.
"Namun, setelah haluan Jalur melewati pancang finish, Ansorni tumbang ke bekakang. Dayungnya terlepas dan jatuh ke sungai," kenang Anardi.
Anak pacu lain pun langsung memanggil petugas penyelamat untuk membawa Ansorni ke pos kesehatan.
Saat dibawa ke pos kesehatan, Ansorni masih bernafas.
"Namun sayang Ansorni tidak dapat bertahan ketika tim dokter melakukan pertolongan pertama. Petugas pun membawa ke RSUD, namun Ansorni sudah tiada," ujar Anardi.
Kepergian Ansorni membawa kesedihan bagi tim.
Apalagi sosoknya yang selalu antusias dengan pacu jalur.
Sosk Ansorni, selain pedagang kain di kampung, juga seorang ustaz.
Dengan kesibukannya itu, Ansorni tetap mendedikasikan hidupnya di Pacu Jalur.
"Almarhum telah banyak berkorban di Pacu Jalur desa kami. Ia tak segan-segan merogoh koceknya untuk makan dan minum tim saat persiapan tanding," kenang Arnadi.
(Tribunpekanbaru.com/Guruh BW)