TRIBUNPEKANBARU.COM - Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang telah menonaktifkan oknum guru di SMP Negeri 1 STM Hilir yang diduga menghukum siswanya dengan squat jump 100 kali hingga kemudian sakit dan meninggal dunia.
Pemkab Deli Serdang pun menyesalkan kejadian penghukuman yang dianggap berlebihan dan ekstrim.
Meskipun telah dinonaktifkan, Oknum guru agama Protestan tersebut sampai saat ini masih dalam keadaan syok atas kematian siswanya itu.
Ia masih sering menangis karena tidak menyangka kejadian bisa seperti sekarang ini.
Hal diungkapkan oleh Eka Br Barus yang juga merupakan rekan kerja sesama guru di SMP 1 STM Hilir.
"Saya masih sering komunikasi. Syok dia sampai sekarang. Nangis juga kalau cerita sama saya. Kenapa bisa jadi begini katanya," ucap Eka yang ditemui di sekolah, Selasa (1/10/2024).
Guru Bahasa Indonesia ini menilai kalau karakter temannya itu adalah orang yang baik.
Sepengetahuannya suara SWH juga lembut. Di lingkungan sekolah juga selalu happy bawaannya.
"Kalau suara dia lembutnya itu. Mungkin ya saya yang lebih ditakuti anak-anak di sini. Suara saya yang mungkin lebih besar dari suara dia. Kalau saya jalan anak-anak itu mungkin takut tapi kalau dia itu ya biasa saja orangnya. Kalau istirahat ya kita cerita-cerita dan paling kami foto-foto bersama," ucap Eka.
Saat diwawancarai Eka pun sempat meneteskan air mata.
Ia mengaku cukup sedih lantaran melihat temannya itu bisa menghadapi situasi seperti sekarang ini.
Para guru lain juga mengakui kalau selama ini Eka adalah guru yang paling dekat dengan SWH.
Saat ini www.tribun-medan.com menyambangi sekolah ini para guru pun semuanya mengungkap kalau SWH adalah guru yang baik.
Mereka juga menyebut kalau korban, RSS juga merupakan siswa yang juga baik.
"Kami intinya terkejut jugalah satu sisi dia (SWH) teman kami dan disatu sisi juga yang itu (RSS) anak kami. Sama-sama baik ini keduanya," ungkap para guru.