"Adapun dukungan mendasar seperti skema pembiayaan yang masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama, hingga hal-hal teknis lain seperti pengurusan CPCL dan sebagainya, kami yakini akan dapat kita selesaikan dengan baik dalam waktu dekat. Sehingga penyebarluasan program TAMPAN sendiri di lahan PSR dalam memenuhi alokasi lahan yang diharapkan pak Presiden, bisa kita percepat dalam tempo singkat," ujarnya optimis.
Optimalisasi Areal dan Pendapatan Petani PSR
Lebih jauh, dihadapan ratusan petani dan keluarga petani yang hadir dalam kick off program TAMPAN di Jambi itu, Jatmiko menjelaskan bahwa petani akan mendapatkan tambahan pendapatan jelang masa panen sawit mereka.
Pendapatan itu dihasilkan dari potensi tiga kali panen dari tanaman padi Gogo yang ditanam secara intercropping di sela-sela tanaman sawit muda.
Berdasarkan program serupa dengan kondisi geografis yang sama di Riau, diproyeksikan areal intercropping tersebut mampu menghasilkan 20 ton gabah kering untuk satu tahun menjelang sawit mulai menghasilkan tandan buah segar.
"Insya Allah, rekan-rekan petani, selain fokus utama kita adalah untuk membantu penguatan ketahanan pangan, juga akan mendapatkan penghasilan tambahan yang signifikan. Namun, kita tetap mohon dukungannya agar sama-sama menjaga padi dan sawit tumbuh subur dan baik, seperti yang kita laksanakan di Siak, Riau," harapnya disambut tepuk tangan para petani.
Pelaksanaan penanaman padi gogo disela-sela sawit muda ini disambut baik oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
Sekretaris Daerah Provinsi Jambi, Sudirman, mengapresiasi inisiasi Jatmiko Santosa yang menjadikan provinsi tersebut sebagai lokasi pengembangan program TAMPAN.
Selain itu, dirinya juga menyakini sinergitas antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan BUMN khususnya PTPN IV mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Pemerintah Provinsi Jambi berkomitmen dalam mencapai swasembada pangan. Untuk itu kami memberikan apresiasi yang sangat besar terlaksana program TAMPAN oleh PTPN IV," jelas Sudirman.
Perluasan Secara Nasional
Jatmiko memaparkan, program yang berhasil membuat petani sawit kian tersenyum bangga karena dilibatkan menjadi bagian dari penguatan ketahanan pangan nasional tersebut akan terus diperluas.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Pertanian, total perkebunan sawit rakyat di Indonesia mencapai 6,94 juta hektare di seluruh Indonesia. 40 persen diantaranya atau sekira 2,8 juta hektare telah memasuki fase tanaman tua dan harus segera diremajakan.
"Dari 2,8 juta sawit yang memasuki usia renta di Indonesia, terdapat potensi PSR nasional seluas 400 ribu hektare per tahun. Dari angka tersebut, PTPN diharapkan dapat berkontribusi sebesar 40 ribu hektare per tahun. Artinya, terdapat potensi program intercropping seluas 206 ribu hektare selama lima tahun mendatang," papar Jatmiko.
Sementara jika luasan areal TAMPAN selama lima tahun mendatang dapat terwujudkan, ia mengatakan petani PSR yang menanam padi intercropping sawit berpeluang menghasilkan sedikitnya setengah juta ton gabah atau 258.491 ton padi untuk masyarakat Indonesia.