Berita Nasional

Tangis Pilu 12.000 Karyawan PT Sritex Kena PHK, Dirut Ungkap Penyebab Perusahaannya Tutup

Editor: Muhammad Ridho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENUH HARU : Isak tangis iringi pertemuan antara Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan) dengan ribuan buruh di hari terakhir bekerja pada Jumat (28/2/2025). Satu hari sebelum PT Sritex resmi ditutup permanen pemilik PT Sritex menyempatkan waktu bertemu dengan ribuan buruh.

Ia juga menegaskan bahwa hak-hak karyawan akan menjadi prioritas dalam daftar tagihan utang perusahaan.

Sebelumnya, dalam rapat kreditur terkait kepailitan PT Sritex, diputuskan bahwa perusahaan tidak akan melanjutkan operasionalnya (going concern) dan akan segera dilakukan proses penyelesaian utang sesuai dengan kondisi yang telah dipaparkan oleh kurator maupun debitur pailit.

Tangis Pilu Karyawan

Keputusan ini membuat ribuan karyawan harus menerima kenyataan pahit kehilangan pekerjaan. 

Sejumlah karyawan yang telah bekerja selama puluhan tahun di Sritex menceritakan kisah mereka menjelang hari-hari terakhir beroperasinya perusahaan.

Beberapa di antaranya mengemas barang pribadi, mengabadikan momen kenangan, hingga mengikuti acara perpisahan dengan rekan kerja mereka.

Wagiyem (48), salah satu karyawan Sritex, mengungkapkan keterkejutannya atas kebangkrutan perusahaan tempatnya bekerja sejak 1997. 

"Hari ini (Jumat) cuma acara perpisahan saja. PHK-nya sudah kemarin. Hak-haknya dikasih, tapi masih menunggu," ujarnya, Jumat (28/2/2025).

Ia mengaku, selama bekerja di Sritex, banyak suka dan duka yang dialaminya.

Wagiyem bahkan pernah menerima selembar saham dari pendiri perusahaan, H.M. Lukminto.

"Dulu pernah dapat satu lembar saham per karyawan. Saya lupa tahunnya, tapi saya ingat itu zaman Pak Lukminto. Saat itu, order ekspor banyak, jadi sering ada lembur," kenangnya.

Namun, menurutnya, kondisi perusahaan mulai memburuk sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020 hingga akhirnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang.

"Gak nyangka aja pabrik sebesar ini, terkenal di luar negeri, kok bisa bangkrut," tuturnya. 

Karyawan lainnya, Karwi Mardiyanto (45), turut merasakan kesedihan atas keputusan PHK massal ini.

Ia berencana membuka usaha warung makan setelah Lebaran.

Halaman
1234

Berita Terkini